www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Apa yang Alkitab katakan tentang perseverasi? Apakah yang dimaksud dengan perseverasi?

Jawaban:
Perseverasi adalah mengulangi suatu tindakan setelah rangsangan untuk tindakan itu berhenti. Perseverasi terjadi ketika seseorang bertahan dalam suatu pola pikir, perilaku, atau ucapan, bahkan ketika hal itu tidak pantas dilakukan. Banyak yang menggambarkan perseverasi sebagai "terjebak" atau ketidakmampuan untuk beralih tugas. Sebagai contoh, seseorang mungkin terus mengajukan pertanyaan meskipun sudah dijawab atau memberikan respons yang sama untuk pertanyaan yang berbeda. Diskusi tentang perseverasi umumnya muncul terkait dengan gangguan perkembangan seperti autisme, penyakit neurodegeneratif seperti penyakit Huntington atau demensia, cedera otak, atau gangguan psikologis seperti skizofrenia. Alkitab tidak secara khusus membahas perseverasi. Namun, prinsip-prinsip Alkitab dapat membantu kita mengevaluasi berbagai rekomendasi pengobatan serta bagaimana menanggapi seseorang yang mungkin berjuang dengan perseverasi.

Rekomendasi pengobatan untuk perseverasi bergantung pada masalah yang mendasari gejala perseverasi serta perilaku perseverasi yang spesifik. Terapi perilaku kognitif dan obat-obatan adalah pengobatan yang umum dilakukan. Saran perilaku kognitif mencakup hal-hal seperti "mendapatkan perhatian" atau menjadi hadir dan sadar akan momen saat ini untuk membantu mengubah otak, mengelola kecemasan yang mungkin mendorong perilaku, memiliki topik yang lebih luas untuk didiskusikan atau kegiatan yang harus dilakukan, dan menetapkan batas waktu pada perilaku. Berbagai obat juga terbukti membantu. Mengingat banyak orang yang berjuang dengan perseverasi adalah anak-anak atau mereka yang memiliki masalah medis lainnya, pengasuh sering kali menjadi orang yang membantu orang tersebut untuk "melepaskan diri" atau yang dapat menetapkan batasan-batasan di sekitar perilaku tersebut.

Alkitab mengatakan bahwa penting bagi kita untuk mengendalikan pikiran kita: "Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2 Korintus 10:5). Jadi, berusaha untuk mengelola perseverasi adalah hal yang masuk akal menurut Alkitab. Adalah benar dan tepat untuk mencari bantuan ketika otak kita tampaknya terus-menerus terjebak dalam pola yang tidak membantu. Kemampuan untuk mengatur pikiran dan perilaku kita pada akhirnya adalah karya Roh Kudus yang menghasilkan pengendalian diri dan menuntun kita ke dalam kebenaran (Galatia 5:22-23; Yohanes 14:16-17). Bagi mereka yang ada di dalam Kristus, berurusan dengan perseverasi bukan hanya tentang mengikuti rekomendasi terapi atau mendapatkan dosis obat yang tepat; mereka juga memiliki bantuan Roh Kudus.

Salah satu cara yang dapat membantu orang percaya untuk bertekun adalah melalui hafalan Firman Tuhan. Ketika Firman Tuhan memenuhi pikiran dan hati kita, kita akan lebih mudah mengenali kebenaran dan lebih rela tunduk pada Roh-Nya di dalam diri kita. Jika sebuah pikiran yang tidak menolong muncul dalam pikiran kita dan tidak dapat kita lepaskan, kita akan memiliki sesuatu yang dapat menggantikannya. Mazmur 1:1-3 berkata, "Berbahagialah orang yang ... kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil." Filipi 4:8 mengatakan, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."

Jika perilaku perseverasi didorong oleh kecemasan, kita dapat mengingat, "Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus" (Filipi 4:6-7). Kita dapat berdoa dan bersandar kepada Tuhan untuk menenangkan kita dan dengan demikian mungkin lebih mudah untuk menghentikan perilaku perseverasi.

Berhubungan dengan orang yang berjuang dengan perseverasi bisa menjadi tantangan. Wajar jika kita merasa frustrasi ketika orang lain bertahan dalam perilaku yang tidak sesuai dengan situasi. Menyadari bahwa orang lain diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:27) dan berusaha memandangnya seperti Allah akan membantu. Kita dapat mengingatkan diri kita sendiri bahwa perseverasi itu adalah gejala dari suatu gangguan atau penyakit. Biasanya, orang lain tidak dengan sengaja mengganggu kita. Kita dapat berempati dengan pergumulannya. Kita dapat melakukan yang terbaik untuk membantu orang tersebut agar "lepas", mungkin dengan menggunakan beberapa saran terapi di atas. Orang tua atau pengasuh dari mereka yang berjuang dengan perseverasi dapat membantu menetapkan batasan perilaku serta memastikan keamanan. Kita dapat melihat perseverasi mereka sebagai kesempatan bagi kita untuk mengasihi dengan baik. Paulus mendorong jemaat di Tesalonika, "Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang" (1 Tesalonika 5:14). Dengan demikian, kita juga dapat "Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu" (1 Tesalonika 5:16-18). Bersabar dan menolong mereka yang bergumul dengan perseverasi adalah kesempatan bagi kita untuk bersandar kepada Tuhan untuk memperlengkapi kita. Hal ini juga merupakan sebuah pandangan ke dalam kasih-Nya bagi kita. Dia menanggung semua kelemahan kita.

Dalam beberapa hal, perseverasi bahkan dapat menjadi gambaran bagi kita tentang seperti apa dosa kita di hadapan Tuhan. Seberapa sering kita bertekun dalam menyembah berhala yang tidak bernyawa atau mengulangi perilaku berdosa, bahkan ketika kita tahu bahwa hal-hal tersebut tidak akan membawa hasil yang berguna? Ketika kita bergumul dengan perseverasi atau melihat orang lain menunjukkan perilaku perseverasi, kita dapat menggunakannya sebagai dorongan untuk memuji Tuhan atas belas kasihan dan anugerah-Nya dan meminta Dia untuk menolong kita menghindari dosa. Yang harus kita tekuni adalah perjalanan kita dengan Tuhan. Bayangkan jika kita semua bertekun dalam Kitab Suci atau dalam doa. Bayangkan jika perseverasi orang yang kita lihat terjebak dalam siklus adalah ketekunan yang sama dengan yang kita miliki dalam mengejar Tuhan. Sementara yang satu tidak membawa hasil yang berguna, yang lain membawa kita kepada sesuatu yang bernilai kekal yang tak ternilai harganya.

© Copyright Got Questions Ministries