Pertanyaan: Siapakah orang-orang Galilea di dalam Alkitab?
Jawaban:
Orang Galilea dalam Alkitab adalah penduduk daerah di Israel yang berada di dekat Laut Galilea. Pada zaman Kristus, Galilea adalah wilayah paling utara dari tiga provinsi Israel, berada paling atas, dengan Samaria di tengah dan Yudea di selatan. Sekitar 700 tahun sebelum Masehi, penduduk Israel di Galilea ditaklukkan oleh Asyur. Sebagian besar orang Yahudi yang tinggal di sana dipindahkan ke Asyur, sementara para imigran non-Yahudi pindah ke Galilea (2 Raja-raja 15:29-17:24). Inilah sebabnya mengapa Alkitab kadang-kadang menyebut daerah itu sebagai "daerah seberang sungai Yordan, wilayah bangsa-bangsa lain" (Yesaya 8:23; Matius 4:13-16).
Orang Yudea cenderung memandang rendah orang Galilea, memandang mereka sebagai orang yang tidak berpendidikan dan memiliki keturunan yang meragukan (Yohanes 1:46; 7:52). Orang Galilea juga memiliki reputasi sebagai rakyat jelata, karena mereka sering ikut serta dalam protes dan pemberontakan melawan penjajah Romawi. Sangatlah penting bahwa Yesus dibesarkan di Galilea (Matius 2:19-23) dan di Galilea Ia merekrut sebagian besar murid-murid-Nya, memulai pelayanan-Nya, dan melakukan mukjizat-mukjizat-Nya yang pertama (Matius 4:17-23; Yohanes 2:11). Sebagai orang Galilea, Yesus "dihina dan dihindari orang" (Yesaya 53:3).
Kita melihat sekilas dalam Alkitab tentang bagaimana Galilea mungkin telah menjadi masalah bagi pemerintahan Romawi. Gamaliel menyebutkan tentang pemberontakan yang gagal yang dipimpin oleh "Yudas, seorang Galileaa" dalam Kisah Para Rasul 5:37. Dalam Lukas 13:1-3, beberapa orang menceritakan kepada Yesus tentang sebuah insiden yang melibatkan orang-orang Galilea: "Pada waktu itu datanglah kepada Yesus beberapa orang membawa kabar tentang orang-orang Galilea, yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan darah korban yang mereka persembahkan" (ayat 1). Baik Alkitab maupun sejarah sekuler tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang pembantaian ini, tetapi kemungkinan besar orang-orang Galilea, yang mengunjungi Yerusalem untuk mempersembahkan kurban, terjebak dalam semangat nasionalisme dan memulai keributan di bukit Bait Suci. Gubernur Romawi, Pilatus, dengan cepat dan kejam memadamkan keributan tersebut, membunuh orang-orang Galilea beserta hewan-hewan kurban mereka, mungkin sebagai sebuah demonstrasi publik tentang bagaimana para pelanggar harus "menebus" "dosa-dosa" mereka terhadap Roma.
Yesus menanggapi pembantaian orang-orang Galilea dengan sebuah peringatan: "Sangkamu orang-orang Galilea ini lebih besar dosanya dari pada dosa semua orang Galilea yang lain, karena mereka mengalami nasib itu? Tidak! kata-Ku kepadamu. Tetapi jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian" (Lukas 13:2-3). Alih-alih menduga-duga tentang dosa orang Galilea, Yesus berkata, uruslah dosamu sendiri. Setiap orang perlu bertobat.
Petrus, sebagai orang Galilea, berbicara dalam dialek Aram utara, dan aksen serta kosakatanya menunjukkan bahwa ia berusaha untuk tetap tidak diketahui identitasnya pada malam penangkapan Yesus. Ketika Petrus sedang duduk di sebuah halaman pada salah satu pengadilan Yesus, seorang hamba perempuan menghampirinya dan berkata, "Engkau juga selalu bersama-sama dengan Yesus, orang Galilea itu" (Matius 26:69). Kemudian, seorang hamba perempuan yang lain berkata, "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu" (ayat 71). Tidak lama kemudian, orang lain berkata kepada Petrus, "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu" (ayat 73). Orang-orang Galilea secara alamiah terlihat menonjol di mata orang-orang Yerusalem.
Fakta bahwa Yesus hidup dan melayani di Galilea adalah contoh lain dari identifikasi-Nya dengan mereka yang ditolak oleh dunia. Dia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang terhilang, baik pada saat Dia berada di bumi maupun pada saat ini. Mereka yang mengikuti teladan-Nya juga akan memberitakan pesan-Nya dan menghidupi ajaran-Nya di antara orang-orang yang terbuang dan melayani "yang paling hina ini" (Matius 25:40).