Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan Hari Raya Tujuh Minggu?
Jawaban:
Dijelaskan dalam Imamat 23, Hari Raya Tujuh Minggu adalah yang kedua dari tiga "hari raya besar" yang harus dihadiri oleh semua laki-laki Yahudi yang melakukan perjalanan ke Yerusalem (Keluaran 23:14-17; 34:22-23; Ulangan 16:16). Perayaan penting ini mendapatkan namanya dari fakta bahwa perayaan ini dimulai tujuh minggu penuh, atau tepatnya 50 hari, setelah Hari Raya Buah Sulung. Karena perayaan ini berlangsung tepat 50 hari setelah hari raya sebelumnya, maka hari raya ini juga dikenal dengan nama "Pentakosta" (Kisah Para Rasul 2:1), yang berarti "lima puluh".
Masing-masing dari tiga "hari raya besar" - Paskah, Hari Raya Tujuh Minggu, dan Hari Raya Pondok Daun - mengharuskan semua laki-laki Yahudi yang sehat untuk pergi ke Yerusalem untuk menghadiri hari raya tersebut dan mempersembahkan kurban. Ketiga hari raya ini mengharuskan persembahan "buah sulung" di Bait Suci sebagai cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas penyediaan Tuhan. Hari Raya Buah Sulung yang dirayakan pada saat Paskah mencakup buah pertama dari panen jelai. Hari Raya Tujuh Minggu adalah perayaan buah pertama dari panen gandum, dan Hari Raya Pondok Daun melibatkan persembahan buah pertama dari panen zaitun dan anggur.
Karena Hari Raya Tujuh Minggu merupakan salah satu "hari raya panen", orang-orang Yahudi diperintahkan untuk "mempersembahkan korban sajian yang baru kepada TUHAN" (Imamat 23:16). Persembahan ini harus berupa "dua buah roti unjukan yang harus dibuat dari dua persepuluh efa tepung yang terbaik dan yang dibakar sesudah dicampur dengan ragi." Persembahan ini harus dibuat dari hasil pertama dari panen itu (Imamat 23:17). Bersama dengan "persembahan sajian", mereka juga harus mempersembahkan tujuh ekor anak domba berumur satu tahun yang tidak bercacat, serta seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan. Persembahan tambahan juga ditentukan dalam Imamat dan ayat-ayat lain yang menguraikan bagaimana hari raya ini harus dirayakan. Persyaratan penting lainnya dari hari raya ini adalah ketika orang Yahudi memanen ladang mereka, mereka diharuskan untuk membiarkan sudut-sudut ladang tidak tersentuh dan tidak mengumpulkan "hasil panen" dari panenan tersebut sebagai cara untuk menyediakan makanan bagi orang miskin dan orang asing (Imamat 23:22).
Bagi orang Yahudi, waktu perayaan ini dikenal sebagai Shavuot, yang merupakan kata dalam bahasa Ibrani yang berarti "minggu". Ini adalah salah satu dari tiga nama terpisah yang digunakan dalam Kitab Suci untuk menyebut hari raya Yahudi yang penting ini. Setiap nama menekankan aspek penting dari hari raya ini serta makna religius dan budayanya bagi orang Yahudi dan Kristen. Selain disebut sebagai Hari Raya Tujuh Minggu dalam Imamat 23, perayaan hari raya khusus ini juga disebut sebagai "hari hulu hasil" dalam Bilangan 28:26 dan "hari raya menuai" dalam Keluaran 23:16.
Hari Raya Tujuh Minggu berlangsung tepat 50 hari setelah Hari Raya Buah Sulung. Biasanya terjadi pada akhir musim semi, yaitu pada akhir bulan Mei atau awal bulan Juni. Tidak seperti hari raya lainnya yang dimulai pada hari tertentu dalam kalender Ibrani, hari raya ini dihitung sebagai "mulai dari hari sesudah sabat itu, yaitu waktu kamu membawa berkas persembahan unjukan, harus ada genap tujuh minggu" (Imamat 23:15-16; Ulangan 16:9-10).
Seperti hari raya Yahudi lainnya, Hari Raya Tujuh Minggu sangat penting karena menandakan kedatangan Mesias dan pelayanan-Nya. Masing-masing dari tujuh hari raya orang Yahudi menandakan aspek penting dari rencana penebusan Tuhan melalui Yesus Kristus.
Yesus disalibkan sebagai "Anak Domba Paskah" dan bangkit dari kubur pada Hari Raya Paskah. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus menghabiskan 40 hari berikutnya untuk mengajar murid-murid-Nya sebelum naik ke surga (Kisah Para Rasul 1). Lima puluh hari setelah kebangkitan-Nya dan setelah naik ke surga untuk duduk di sebelah kanan Tuhan, Yesus mengutus Roh Kudus seperti yang telah dijanjikan (Yohanes 14:16-17) untuk berdiam di dalam diri para murid dan memberi kuasa kepada mereka untuk pelayanan. Roh Kudus yang dijanjikan tiba pada Hari Pentakosta, yang merupakan nama lain dari Hari Raya Pentakosta.
Makna rohani dari Hari Raya Tujuh Minggu sangat banyak. Beberapa orang melihat dua roti beragi yang menjadi persembahan sajian sebagai pertanda saat Mesias akan membuat orang Yahudi dan bukan Yahudi menjadi satu di dalam Dia (Efesus 2:14-15). Ini juga merupakan satu-satunya perayaan yang menggunakan roti beragi. Ragi dalam Alkitab sering digunakan sebagai simbol dosa, dan roti beragi yang digunakan dalam Hari Raya Minggu dianggap mewakili fakta bahwa masih ada dosa di dalam gereja (tubuh Kristus) dan akan terus ada sampai Kristus datang kembali.
Pada Hari Pentakosta atau Hari Raya Tujuh Minggu, "buah sulung" gereja dikumpulkan oleh Kristus ketika sekitar 3.000 orang mendengarkan Petrus menyampaikan Injil setelah Roh Kudus memberi kuasa dan berdiam di dalam diri para murid seperti yang dijanjikan. Dengan berdiamnya Roh Kudus yang dijanjikan, buah sulung dari tuaian rohani Tuhan di bawah Perjanjian Baru dimulai. Hari ini tuaian itu terus berlanjut karena orang-orang terus diselamatkan, tetapi ada juga tuaian yang akan datang di mana Tuhan akan kembali mengalihkan perhatian-Nya kepada Israel sehingga "seluruh Israel akan diselamatkan" (Roma 11:26).