www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Apa artinya Ayub bertobat dalam debu dan abu?

Jawaban:
Dalam Ayub 42:6, Ayub berkata, "Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu." Jelas sekali, Ayub berada pada titik terendah dalam sejarah pribadinya. Namun, apa maksudnya ia bertobat "dalam debu dan abu"?

Debu dan abu digunakan sebagai tanda berkabung di dunia kuno. Bahkan, ketiga teman Ayub memberikan contoh tentang hal ini di awal kitab Ayub. Ketika mereka melihat penderitaan Ayub, "menangislah mereka dengan suara nyaring. Mereka mengoyak jubahnya, dan menaburkan debu di kepala terhadap langit" (Ayub 2:12). Mereka "menangislah dengan orang yang menangis" (Roma 12:15), dan mereka menunjukkan kesedihan mereka sesuai dengan kebiasaan pada zaman itu, dengan menaburkan debu ke atas kepala mereka. Tindakan ini disertai, seperti yang sering terjadi di dalam Alkitab, dengan mengoyakkan pakaian.

Contoh lain dari penggunaan debu dan abu dapat ditemukan dalam Yehezkiel 27:30. Dalam menggambarkan masa perkabungan di masa depan atas Tirus, sang nabi menulis, "Ratapan kuat, teriakan pahit diperdengarkan terhadapmu; taruh abu di atas kepala, berguling-guling dalam debu." Jelaslah bahwa ide menaburkan debu dan abu dikaitkan dengan tangisan pahit yang terjadi dalam adegan ini.

Ester 4:1 memberikan contoh lain. Mordekhai telah mengetahui bahwa semua orang Yahudi akan dibunuh pada hari tertentu sesuai dengan hukum Persia yang baru. Sebagai tanggapan, Mordekhai "mengoyakkan pakaiannya, lalu memakai kain kabung dan abu, kemudian keluar berjalan di tengah-tengah kota, sambil melolong-lolong dengan nyaring dan pedih." Ketika berita itu tersebar, orang-orang Yahudi lainnya juga memberikan tanggapan yang sama: "ada perkabungan yang besar di antara orang Yahudi disertai puasa dan ratap tangis; oleh banyak orang dibentangkan kain kabung dengan abu sebagai lapik tidurnya" (Ester 4:3).

Istilah debu digunakan sebanyak 16 kali dalam kitab Ayub. Gagasan yang terkait dengan debu adalah bahwa debu adalah "tidak ada apa-apanya." Debu diasosiasikan dengan kehancuran atau kerendahan hati. Ketika Ayub bertobat dalam debu dan abu, dia bertobat dalam kerendahan hati.

Istilah abu juga memiliki penggunaan yang menarik di seluruh kitab Ayub. Ayub duduk dalam abu setelah mulai mengalami luka yang menyakitkan (Ayub 2:8). Dia kemudian menyatakan bahwa perkataan teman-temannya seperti abu (13:12). Kemudian, Ayub berkata, "[Allah] menghempaskan aku ke dalam lumpur, dan aku sudah menyerupai debu dan abu" (Ayub 30:19). Terakhir, dalam Ayub 42:6, ia bertobat dalam debu dan abu.

Meskipun bertobat dan bahkan berkabung dengan debu dan abu adalah praktik yang umum dalam budaya kuno, namun itu bukanlah perintah Alkitab. Sebaliknya, kita dapat belajar kerendahan hati dari teladan Ayub yang bertobat di hadapan Tuhan dan kebesaran-Nya. Bahkan dalam kasus Ayub, ketika dia telah menderita tanpa melakukan kesalahan, penting baginya untuk terus hidup dengan setia dan rendah hati di hadapan Tuhan. Ayub menghidupi perintah yang terdapat dalam 1 Petrus 5:6 (dan menerima janji yang menyertainya): "Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya."

© Copyright Got Questions Ministries