Pertanyaan: Apa artinya seseorang dikumpulkan kepada kaum leluhurnya?
Jawaban:
Frasa dikumpulkan kepada kaum leluhurnya adalah cara kuno untuk merujuk pada kematian. Kematian Abraham digambarkan dengan cara ini: "lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya" (Kejadian 25:8). Terjemahan The New Living Translation menyatakan lebih terus terang, bahwa Abraham "bergabung dengan nenek moyangnya dalam kematian."
Tokoh-tokoh lain dalam Alkitab yang kematiannya digambarkan sebagai "dikumpulkan kepada kaum leluhurnya" termasuk Ismail (Kejadian 25:17), Ishak (Kejadian 35:29), Yakub (Kejadian 49:33), Harun (Bilangan 20:24), dan Musa (Bilangan 27:13). Ungkapan yang terkait ditemukan dalam Kejadian 15:15, di mana Tuhan memberi tahu Abram, "Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu." Dalam Kejadian 47:30, Yakub berbicara tentang masa depan ketika ia akan "mendapat perhentian," atau pada terjemahan lain dikatakan, ia "beristirahat" (CSB) atau "berbaring" (NASB) bersama nenek moyangnya. Pergi kepada nenek moyangmu, berkumpul dengan kaum leluhurmu, dan beristirahat bersama nenek moyangmu adalah referensi puitis dan periferal untuk kematian fisik.
Beberapa orang berspekulasi bahwa mengumpulkan orang-orangnya adalah merujuk pada sisa-sisa almarhum yang dibawa ke tempat pemakaman keluarga. Dalam beberapa kasus, ini bisa jadi merupakan makna utamanya. Namun, ada beberapa kasus lain di mana "mengumpulkan" tidak dapat merujuk pada lokasi fisik: Abraham, Musa, dan Harun semuanya dikuburkan jauh dari tempat leluhur mereka, namun mereka semua dikatakan telah "dikumpulkan kepada kaum leluhurnya."
Pandangan yang lebih baik adalah bahwa dikumpulkan kepada kaum leluhurnya mengacu pada bergabung dengan generasi sebelumnya dalam kematian. Secara Alkitabiah, kata ini juga mengacu pada pengumpulan roh-roh orang mati di satu tempat di alam baka-tempat itu adalah Sheol. Para bapa leluhur dalam Alkitab tahu bahwa kubur menanti mereka, sama seperti yang telah menanti semua nenek moyang mereka sebelumnya, tetapi mereka juga tahu bahwa ada kehidupan di luar kubur. Ajaran Alkitab yang konsisten adalah bahwa ada kehidupan setelah kematian: "debu kembali menjadi tanah seperti semula dan roh kembali kepada Allah yang mengaruniakannya" (Pengkhotbah 12:7). Kebenaran ini tersirat dalam ungkapan Ibrani dikumpulkan kepada kaum leluhurnya.
Ajaran lain yang dapat disimpulkan dari dikumpulkan kepada kaum leluhurnya adalah bahwa, bahkan setelah kematian, jiwa-jiwa tetap mempertahankan individualitas mereka. Ketika dia meninggal, Ishak tidak berhenti menjadi Ishak; sebaliknya, roh atau jiwanya dibawa ke tempat lain di mana para leluhurnya telah pergi. Ishak tidak bergabung dengan sebuah kelompok impersonal atau semacam kesadaran kosmik-ia bergabung dengan kerumunan orang-orang yang ia kenal.
Perhatikan, dalam Kejadian 15:15, dalam firman-Nya kepada Abram, "engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu," bahwa Tuhan menyinggung nasib rohani Abram dan juga nasib jasmaninya. Roh Abram akan pergi bersama dengan nenek moyangnya; sementara itu, tubuhnya akan dikuburkan.
Rencana Tuhan bukanlah untuk membiarkan tubuh dan jiwa terpisah selamanya. Suatu hari nanti kita semua akan "dikumpulkan kepada kaum leluhurnya," tetapi Alkitab menjanjikan kebangkitan: "Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal" (Daniel 12:2). Bagi mereka yang, seperti Daniel, dibenarkan oleh iman, kebangkitan akan menjadi peristiwa yang penuh berkat. Mereka, seperti Daniel, memiliki janji ini: "engkau akan beristirahat, dan akan bangkit untuk mendapat bagianmu pada kesudahan zaman" (Daniel 12:13).