www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Apa sejarah dan pentingnya gereja di Antiokhia?

Jawaban:
Gereja di Antiokhia di Suriah memainkan peran penting dalam kitab Kisah Para Rasul. Di sinilah orang-orang percaya pertama kali disebut sebagai orang Kristen (Kisah Para Rasul 11:26). Dengan campuran orang Yahudi dan bukan Yahudi, gereja di Antiokhia menjadi tanah yang subur bagi pertumbuhan dan penyebaran Kekristenan dan menjadi contoh jemaat pada masa-masa awal gereja Kristen yang baru.

Antiokhia di Suriah adalah salah satu kota terbesar di dunia Romawi abad pertama, dengan populasi antara 100.000 hingga 300.000 jiwa. Kota ini merupakan rumah bagi komunitas Yahudi yang kaya dan berkembang pesat. Penyebutan Antiokhia yang pertama kali dalam Perjanjian Baru adalah mengacu pada Nikolas, seorang non-Yahudi yang menjadi Kristen dan merupakan salah satu dari tujuh pemimpin berbahasa Yunani (Hellenis) yang dipilih untuk melayani sebagai diaken di gereja di Yerusalem (Kisah Para Rasul 6:1-7).

Lokasi kota yang berada di persimpangan perdagangan utama antara Mesir, Asia Kecil, Yunani, Italia, dan Mesopotamia menjadikan gereja di Antiokhia sebagai pusat yang strategis untuk menyebarkan Injil ke kota-kota di sekitar Mediterania dan sekitarnya.

Setelah kematian Stefanus, martir Kristen pertama, orang-orang percaya menghadapi penganiayaan yang hebat di Yerusalem. Mencari perlindungan di kota-kota lain, banyak orang Kristen pergi ke Antiokhia dan memberitakan Injil di antara orang-orang Yahudi di sana (Kisah Para Rasul 11:19). Demikian juga, orang-orang percaya dari Siprus dan Kirene membagikan kabar baik tentang keselamatan Yesus Kristus kepada orang-orang bukan Yahudi yang berbahasa Yunani di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:20). Lukas melaporkan, "tangan Tuhan menyertai mereka dan sejumlah besar orang menjadi percaya dan berbalik kepada Tuhan" (Kisah Para Rasul 11:21).

Ketika berita sampai ke Yerusalem tentang meledaknya jumlah petobat di Antiokhia, para pemimpin gereja mengutus Barnabas untuk menyelidikinya, dan "Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan" (Kisah Para Rasul 11:23-24).

Barnabas mengenali pekerjaan Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi di jemaat di Antiokhia, sehingga ia bergabung dalam pelayanan di sana. Setelah beberapa waktu, Barnabas pergi menemui Paulus di Tarsus, dan keduanya kembali untuk mengajar dan melayani selama satu tahun penuh kepada jemaat yang terdiri dari berbagai macam orang percaya di jemaat di Antiokhia (Kisah Para Rasul 11:25-26). Pada masa inilah orang-orang percaya mulai disebut sebagai orang Kristen.

Di Antiokhia, nabi Kristen Agabus meramalkan bencana kelaparan parah yang akan melanda seluruh dunia Romawi. Gereja di Antiokhia menanggapi nubuat tersebut dengan cepat dan penuh semangat dengan menyiapkan persembahan yang murah hati untuk membantu gereja di Yerusalem setiap kali kelaparan melanda. Mereka mempercayakan persembahan mereka kepada Barnabas dan Paulus, yang kemudian menyampaikannya kepada para penatua jemaat di Yerusalem (Kisah Para Rasul 11:27-30).

Selain Paulus dan Barnabas, pemimpin-pemimpin kunci lainnya dalam gereja mula-mula di Antiokhia termasuk Simeon yang disebut Niger, Lukius dari Kirene, dan Menahem, yang semuanya diidentifikasi sebagai nabi dan pengajar (Kisah Para Rasul 13:1).

Sebuah kontroversi muncul di dalam gereja di Antiokhia ketika beberapa orang Kristen Yudea yang berlatar belakang Farisi mulai mengajarkan kepada jemaat bahwa sunat diwajibkan bagi orang bukan Yahudi untuk keselamatan. Paulus tidak setuju. Ia dan Barnabas ditunjuk oleh jemaat di Antiokhia untuk mewakili orang-orang Kristen bukan Yahudi di hadapan sidang para pemimpin di Yerusalem. Paulus dan Barnabas bersaksi tentang apa yang Tuhan lakukan di antara orang-orang bukan Yahudi di Antiokhia. Setelah melalui perdebatan yang panjang, Petrus berdiri dan berkata, "Hai saudara-saudara, kamu tahu, bahwa telah sejak semula Allah memilih aku dari antara kamu, supaya dengan perantaraan mulutku bangsa-bangsa lain mendengar berita Injil dan menjadi percaya. Dan Allah, yang mengenal hati manusia, telah menyatakan kehendak-Nya untuk menerima mereka, sebab Ia mengaruniakan Roh Kudus juga kepada mereka sama seperti kepada kita, dan Ia sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah Ia menyucikan hati mereka oleh iman. Kalau demikian, mengapa kamu mau mencobai Allah dengan meletakkan pada tengkuk murid-murid itu suatu kuk, yang tidak dapat dipikul, baik oleh nenek moyang kita maupun oleh kita sendiri? Sebaliknya, kita percaya, bahwa oleh kasih karunia Tuhan Yesus Kristus kita akan beroleh keselamatan sama seperti mereka juga" (Kisah Para Rasul 15:7-11).

Yakobus, seorang penatua yang berkuasa di Yerusalem, memperkuat argumen Petrus, dengan mengutip bukti alkitabiah bahwa Tuhan telah menerima bangsa-bangsa lain, dan oleh karena itu, mereka tidak perlu hidup menurut hukum-hukum Yahudi untuk diselamatkan. Di dalam Yesus Kristus, keselamatan adalah karena kasih karunia saja, baik bagi orang Yahudi maupun bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 15:13-21). Yakobus juga memberikan beberapa panduan praktis dan solusi untuk persekutuan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi. Sebuah surat dorongan dan empat instruksi disusun oleh konsili, dan Yudas serta Silas ditunjuk sebagai utusan resmi untuk menyampaikan hal ini kepada jemaat di Antiokhia (Kisah Para Rasul 15:22-35).

Gereja di Antiokhia adalah tempat peluncuran beberapa perjalanan misionaris (Kisah Para Rasul 13:1-3; 14:26; 15:32-33, 36-40; 18:22-23). Dalam banyak kasus, gereja di Antiokhia menugaskan para misionaris untuk suatu tugas tertentu.

Antiokhia juga penting dalam sejarah gereja mula-mula sebagai tempat di mana rasul Paulus berselisih dengan Petrus tentang pemisahannya terhadap orang-orang percaya bukan Yahudi selama waktu makan. Paulus menulis tentang perselisihan tersebut dalam Galatia 2:11-12: "Tetapi waktu Kefas datang ke Antiokhia, aku berterang-terang menentangnya, sebab ia salah. Karena sebelum beberapa orang dari kalangan Yakobus datang, ia makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat, tetapi setelah mereka datang, ia mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat". Paulus menyebut tindakan Petrus sebagai "kemunafikan", dan menyalahkannya karena telah menyesatkan orang-orang percaya Yahudi lainnya (Galatia 2:13-14).

© Copyright Got Questions Ministries