Pertanyaan: Mengapa ada satu kitab dalam Alkitab yang didedikasikan untuk cinta romantis?
Jawaban:
Beberapa orang percaya bahwa pokok bahasan Kidung Agung -cinta yang romantis- bukanlah tema yang mulia. Beberapa orang mencoba melihat makna kiasan dalam kitab ini sehingga isinya menjadi "lebih tinggi" atau lebih "rohani". Namun, apakah menjadi "rendah" atau "tidak rohani" jika isinya tentang cinta antara suami dan istri? Kidung Agung didedikasikan untuk tema cinta yang romantis. Tuhan tahu bahwa kita perlu melihat bagaimana seharusnya cinta antara suami dan istri.
Tentu saja, Salomo memiliki lebih dari satu istri. Bahkan, "ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik" (1 Raja-raja 11:3). Meskipun tidak diketahui secara pasti berapa usia Salomo ketika ia menulis Kidung Agung, penekanannya pada satu cinta sejati membuat banyak ahli menduga bahwa Salomo menulis tentang hubungannya dengan istri pertamanya, sebelum dosa memiliki banyak istri terjadi.
Gambaran umum dari isi Kitab Kidung Agung mengungkapkan banyak aspek penting dari cinta romantis. Misalnya, ada waktu dan tempat yang tepat bagi cinta romantis untuk mulai bertumbuh (Kidung Agung 2:7). Cinta romantis melibatkan kerinduan antara pria dan wanita (1:2-4), saling mengagumi (1:12-2:7), dan keinginan untuk bersama (3:1-5). Selain itu, cinta romantis juga mencakup ekspresi seksual, dan konteks yang tepat untuk keintiman seksual adalah di dalam pernikahan (3:6-5:1).
Setelah pernikahan, pasangan suami istri akan menghadapi berbagai situasi yang berbeda, dan penting bagi mereka untuk menjaga agar cinta yang romantis tetap hidup. Pasangan suami-istri akan menghadapi masa-masa ketidakpedulian satu sama lain atau masa-masa terpisah satu sama lain (5:2-8), yang kemudian diikuti dengan pernyataan cinta yang baru - menghidupkan kembali romantisme (5:9-16). Yang juga penting adalah komunikasi dalam pernikahan. Bab 7 berfokus pada perbaikan di bidang ini, diikuti dengan peningkatan keintiman (bab 8).
Cinta dan keintiman yang romantis dalam pernikahan yang menghormati Tuhan adalah tujuan penting bagi semua pasangan. Tuhan menghadirkan cinta sebagai sesuatu yang diinginkan: "Air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungai-sungai tak dapat menghanyutkannya. Sekalipun orang memberi segala harta benda rumahnya untuk cinta, namun ia pasti akan dihina" (Kidung Agung 8:7). Cinta sejati bertahan. Cinta itu mengatasi kesulitan. Tidak ada yang layak untuk menyerah pada cinta yang saleh. Cinta itu tak ternilai harganya.
Dalam masyarakat saat ini, pernikahan sering kali diejek atau dirusak atau didefinisikan ulang, tetapi prinsip-prinsip yang ditemukan dalam Kidung Agung menawarkan perspektif ilahi tentang pentingnya pernikahan, cinta yang romantis, komunikasi antara suami dan istri, dan nilai pernikahan yang bertahan lama.