Pertanyaan: Apa yang menyebabkan perpecahan gereja? Bagaimana pemulihan bisa terjadi setelah pecahnya sebuah gereja?
Jawaban:
Perpecahan dapat terjadi ketika seseorang berusaha memanipulasi orang atau peristiwa bagi kepentingan pribadinya. Mungkin saja ada kesombongan atas ketaatan pada peraturan, dan mereka yang tidak memelihara peraturan malah diperlakukan dengan tidak baik. Adalah mungkin tafsiran doktrin yang non-esensial dipaksakan dan dijadikan tolak ukur bagi persekutuan dalam gereja. Tidak tertutup kemungkinan ada pihak yang ingin merebut kepemimpinan dari pendeta dan penatua dengan bantuan dari anggota gereja yang telah dimanipulasi. Bahkan, perbedaan pendapat tentang musik dan tata cara beribadah dapat menyebabkan perpecahan dalam gereja. Ada berbagai alasan yang menyebabkan konflik di dalam gereja, dan semuanya berakar dari kesombongan dan keegoisan. Yakobus 4:1-3 mengajar, "Dari manakah datangnya sengketa dan pertengkaran di antara kamu? Bukankah datangnya dari hawa nafsumu yang saling berjuang di dalam tubuhmu? Kamu mengingini sesuatu, tetapi kamu tidak memperolehnya, lalu kamu membunuh; kamu iri hati, tetapi kamu tidak mencapai tujuanmu, lalu kamu bertengkar dan kamu berkelahi. Kamu tidak memperoleh apa-apa, karena kamu tidak berdoa. Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu."
Juga perlu dipertimbangkan bahwa tidak semua orang yang duduk di bangku gereja tiap minggu benar-benar orang Kristen. Tidak semua yang mengakui nama Kristus adalah milik-Nya, sebuah ajaran yang telah Ia jelaskan dalam Matius 7:16-23. Kita dapat membedakan orang yang beriman sejati dengan yang hanya berpura-pura melalui buah yang mereka hasilkan. Orang Kristen sejati akan menghasilkan buah-buah Roh yang mendiami mereka (Galatia 5:22-23), sebaliknya rumput liar di antara gandum hanya menumbuhkan perpecahan dan perselisihan. Kita harus berjaga-jaga terhadap orang sekitar yang ditempatkan musuh kita dalam segala hikmat dan kecerdasan, dan pendisiplinan gerejawi dapat digunakan apabila perlu (Matius 18:15-20). Dalam segalanya kita perlu menyampaikan kebenaran dalam kasih (Matius 10:16; Efesus 4:15).
Setiap gereja local terdiri dari anggota individu, dan cara hidup para anggota ini mempengaruhi fungsi gereja. Paulus memperingatkan supaya gereja di Roma berperilaku dengan pantas, "jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati" (Roma 13:13). Setiap hari anggota gereja dikelilingi oleh kebudayaan yang bejat, dan satu jam seminggu di dalam gereja tidak cukup menangkal pengaruh kebudayaan sekeliling mereka. Perubahan dalam hati adalah karya dari Roh Kudus di dalam diri kita. Adalah tanggung jawab setiap orang percaya mengikuti Kristus dan bertumbuh secara rohani melalui langkah-langkah seperti membaca dan mempelajari Alkitab, berdoa kepada Allah, bersekutu dengan orang percaya diluar kebaktian umum gereja pada hari Minggu (Filipi 2:12-13). Kehadiran di gereja ini penting, namun kehidupan Kristiani bukan semata-mata menghadiri gereja saja. Standar dunia berkisar antara mengagungkan diri, membesarkan ego, memenuhi keinginan pribadi, dan menghargai orang lain selama mereka meninggikan diri kita. Sikap seperti ini selalu menghasilkan perselisihan dan iri-hati, karena sikap ini tidak beda dengan menyembah diri. Obat penawar yang dapat menyembuhkan sikap ini ditemukan dalam Titus 2:11-13: "Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus." Kasih karunia Allah, yang tercurah bagi milik-Nya yang beriman dalam Kristus, memampukan kita menolak hasrat duniawi, menghindari gaya hidup yang asusila dan hidup rendah hati antara satu sama lain: "Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri" (Filipi 2:3).
Perpecahan dapat dipulihkan melalui pertobatan dan kerendah-hatian. Dimana ada perselisihan, adalah baik jika kedua belah pihak bertobat atas segala tindakan atau ucapan yang disampaikan dengan kurang pantas dalam perselisihan itu. Pertobatan juga perlu disertai permohonan maaf dari pihak yang tersakiti. Dalam sikap rendah hati, setiap pihak perlu memaafkan, dan berkomitmen menghadap hari esok bersama dalam ikatan kasih Kristus.
Ada kasus tertentu dimana berpisah itu tepat. Jika kepemimpinan gereja menyimpang dari doktrin alkitabiah kritis seperti keilahian Yesus Kristus, kelahiran dari perawan, Allah sebagai Pencipta, pengilhaman serta otoritas Alkitab, atau doktrin dasar lainnya, maka meninggalkan kelompok itu adalah tindakan yang pantas.
Ada berbagai penyebab perpecahan dalam gereja, namun alasan utamanya adalah bahwa seseorang telah melepaskan fokusnya dari Yesus Kristus dan mulai menyalahgunakan organisasi gereja bagi kepentingan pribadinya. Gereja lebih pantas sebagai organisme (sesuatu yang hidup) dibanding organisasi. Rasul Paulus menggunakan kiasan tubuh dalam menggambarkan gereja. Di dalam 1 Korintus 12 dan Roma 12, ia menjuluki gereja sebagai tubuh Kristus. Kita dipanggil menjadi bagian tubuh yang melakukan kehendak Yesus Kristus sebagai Kepala. Jika semua orang di dalam tubuh berfokus melakukan kehendak Allah dan menyembah Yesus Kristus dalam kasih dan kerendah-hatian, maka jika ada perselisihan, perselisihan itu masih dapat diatasi dalam kasih secara pantas.