Pertanyaan: Hukum-hukum apakah yang diberikan kepada Israel sebagai pembeda dari praktik-praktik bangsa kafir?
Jawaban:
Dalam Imamat 18, Tuhan membandingkan hukum-hukum yang Dia berikan kepada bangsa Israel dengan hukum-hukum yang ada pada bangsa-bangsa di sekelilingnya. Melihat beberapa detail dari hukum-hukum ini memberikan banyak wawasan baik untuk pemahaman alkitabiah maupun aplikasi zaman modern.
Imamat 18:24 berkata, "Janganlah kamu menajiskan dirimu dengan semuanya itu, sebab dengan semuanya itu bangsa-bangsa yang akan Kuhalaukan dari depanmu telah menjadi najis." Apa yang dimaksud dengan "semuanya itu"? Pasal 18 berfokus pada praktik seksual yang tidak bermoral, termasuk inses, hubungan seksual dengan binatang, hubungan seksual sesama jenis, dan perzinahan. Selain melarang amoralitas seksual, Imamat 18 juga membahas praktik keji yaitu mengorbankan anak-anak kepada Molokh (ayat 21).
Mengikuti daftar perintah ini, Tuhan mengatakan bahwa dosa-dosa inilah yang menajiskan tanah Kanaan: "dengan semuanya itu bangsa-bangsa . . menjadi najis. Negeri itu telah menjadi najis dan Aku telah membalaskan kesalahannya kepadanya, sehingga negeri itu memuntahkan penduduknya" (Imamat 18:24-25).
Tiga kali dalam ayat-ayat terakhir pasal ini, Tuhan menyebut dosa seksual dan pengorbanan anak sebagai "hal-hal yang menjijikkan" (atau "kekejian" dalam beberapa terjemahan). Sekali lagi, penekanan Imamat 18 adalah pada hidup yang berbeda dengan bangsa-bangsa di sekitarnya, khususnya dari Mesir dan Kanaan. Sebaliknya, bangsa Israel harus hidup "bersih" di hadapan-Nya.
Lebih jauh lagi, tindakan "keji" yang tercantum dalam Imamat 18 adalah alasan Tuhan menyingkirkan orang Kanaan dari tanah itu. Kelompok orang ini telah hidup dalam pemberontakan terhadap Tuhan dan jalan-Nya, dan sebagai gantinya, bangsa Israel diberikan tanah mereka.
Aplikasi praktis apa yang dapat kita ambil dari ayat-ayat ini? Pertama, banyak praktik dosa dari masyarakat fasik yang berkaitan dengan amoralitas seksual dan eksploitasi perempuan dan anak-anak. Kedua, umat Tuhan dengan jelas diperintahkan untuk hidup dengan cara yang berbeda dari budaya sekitarnya. Tujuannya bukan untuk "menyesuaikan diri" tetapi untuk "menonjol" sebagai orang-orang yang hidup dengan standar moral yang diberikan oleh Tuhan.
Segera setelah Imamat 18, terdapat ayat yang berfokus pada kekudusan Tuhan dan perintah untuk mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri (Imamat 19:1, 18). Tujuan dari perintah-perintah ini bukan hanya untuk menyatakan apa yang ditentang oleh Tuhan, tetapi juga untuk menekankan siapa Dia, kebesaran-Nya, dan respons positif yang harus dimiliki oleh umat-Nya terhadap Dia dan terhadap orang lain.