www.GotQuestions.org/Indonesia
Pertanyaan: Kriteria apakah yang seharusnya saya cari dalam seorang calon pasangan pria Kristen?
Jawaban:
Semua orang dapat berkata mereka mengasihi Yesus atau bahwa mereka seorang Kristen. Akan tetapi, bagaimana cara mengetahui dengan jelas bahwa calon pasangan itu memang Kristen sejati? Alkitab tidak banyak mengajar tentang pacaran sebagaimana yang kita jumpai di jaman ini; sebaliknya, hubungan asmara yang diungkit hanyalah sebatas hubungan pernikahan atau hubungan berzinah. Jadi yang dapat kita petik secara utama ialah bahwa seorang calon pacar harus berupa seorang pria yang ingin Anda nikahi atau seorang yang dapat menjadi suami Kristen yang baik. Seorang wanita Kristen harus mencari seorang pria yang serius terhadap Allah dan serius terhadap hubungannya dengan wanita itu. Seorang pria Kristen tidak membuang-buang waktu berpacaran; tujuannya berpcaran adalah pernikahan.
Alkitab penuh dengan ayat yang menjelaskan tentang kepribadian seorang pria Kristen, ayat-ayat yang membantu dan yang dapat diandalkan wanita yang sedang mengevaluasi seorang calon suami. Yang kami tuliskan di bawah ini adalah panduan berdasarkan ayat-ayat itu. Seorang pacar Kristen selayaknya:
Rendah hati dan dapat diajar: Alkitab mengajar bahwa pria yang benar, atau bijak, akan menerima ajaran dengan senang hati, walaupun menyakitkan (Mazmur 141:5; Amsal 9:9, 12:15). Seorang pria yang benar membuktikan kesediannya untuk dikoreksi oleh Alkitab dan kecenderungan mendekati sumber-sumber pengajaran yang alkitabiah.
Jujur: Apakah tindakannya selaras dengan ucapannya? Alkitab mengajar bahwa pria yang benar ditandai oleh kejujurannya dalam urusannya, baik secara pribadi maupun secara bisnis (Efesus 4:28). Selebihnya, kita ia membuat janji, seorang pria Kristen akan menepati janjinya, walaupun menyakitkan (Mazmur 15:2-5). Hematnya, kepribadiannya berintegritas.
Tanpa pamrih: Alkitab berbicara secara khusus kepada para suami ketika memerintah supaya mereka mengasihi para istri mereka sama seperti tubuh mereka sendiri, seperti Kristus mengasihi gereja dan menyerahkan Diri baginya (Efesus 5:25-28). Seorang pacar Kristen harus menunjukkan kasih dan kepedulian seperti ini kepada pasangan perempuannya jauh sebelum menginjak pelaminan. Kasih itu mudah pada awal hubungan asmara, namun kepribadian dan niatan seorang pacar Kristen selayaknya mengasihi dalam semua situasi dan kondisi (1 Yohanes 3:18).
Mampu dan siap menghidupi: Alkitab mengajar bahwa seorang pria yang tidak menghidupi keluarganya lebih hina daripada orang tidak percaya (1 Timotius 5:8). Menghidupi bukan berarti menghasilkan banyak uang. Isunya lebih mengarah kepada tanggung-jawabnya atas kesejahteraan istri dan anaknya. Bagi para wanita, ayat ini perlu diperhatikan dengan seksama. Seorang pria yang tidak ingin menghidupi istrinya sangat sulit dihormati, dan jika istri keberatan menghormati suaminya, kesulitan materi dapat meluas kepada bidang lainnya. Hormat seorang istri pada suaminya dan kasih seorang suami bagi istrinya saling tergantung dan menggairahkan perkawinan (Efesus 5:25-32).
Siap melindungi secara proaktif: Baik secara jasmani maupun emosional, wanita lebih lemah dan mudah tersinggung daripada pria. Mereka perlu dimengerti, dilindungi, dan dirawat secara proaktif. Seorang pacar Kristen yang baik adalah pria yang menjaga dan mengasihi pasangannya, dan melanjutkan kesiapan itu dalam pernikahannya (1 Petrus 3:7).
Selain itu, adapula beberapa hal negatif yang perlu diwaspadai: materialisme (1 Yohanes 2:15-16; 1 Timotius 6:10), dusta (Amsal 12:22, 19:22), ketidaksetiaan secara seksual (Pengkhotbah 7:26; Amsal 7), dan perlakuan keluarganya dengan buruk – terutama ibunya (Amsal 15:20; 19:26; 20:20; 23:22). Pada umumnya cara seorang pria memperlakukan ibunya merupakan indikasi yang baik tentang cara ia kelak akan memperlakukan istrinya. Dan juga, waspadalah terhadap keirasionalan, dan kecenderungan cemburu maupun haus-kendali, karena hal-hal ini sering berakhir dalam kekerasan (Amsal 6:34; 27:4).
Pada akhirnya, seorang pacar Kristen adalah seorang pria yang sebanding dengan pihak wanita. Pertama, secara rohani – hubungan pribadi dengan Allah haruslah berupa faktor perbandingan utama dalam hubungan, dan kedua pihak harus sebanding dalam kedewasaannya. Orang percaya diperintah untuk menikah dengan orang percaya (2 Korintus 6:14), dan dengan demikian tidak ada alasan untuk berpacaran dengan orang yang tidak percaya. Pasangan juga harus sebanding dalam hal praktis pula, dimana mereka memiliki tabiat, tujuan hidup, dan ketertarikan yang cocok. Hal-hal ini membuat pernikahan menjadi senang.
Selebihnya, jika seorang pria mempunyai selera canda yang baik dan watak yang menyenangkan; tentunya semua ini akan menguatkan istrinya. Pria yang ditandai oleh damai dan sukacita Roh Kudus sangatlah menyenangkan. Hidup ini susah, dan pernikahan pun susah. Ada kalanya kita bersedih, adapula konflik. Oleh karena itu, seorang pasangan yang menyenangkan dan menyemangati adalah berkat yang luar biasa (Amsal 16:24; 17:22; 15:30).