www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan surat cerai (Matius 5:31)?

Jawaban:
Dalam Khotbah Yesus di Bukit, Dia membahas topik perceraian. Dia menyatakan bahwa "Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah" (Matius 5:31-32).

Menurut hukum, surat cerai ini merupakan sarana bagi seorang suami untuk membatalkan pernikahannya (Matius 5:31; Ulangan 24:1-4). Proses untuk mendapatkan dokumen hukum ini membutuhkan waktu. Seorang imam atau orang Lewi yang membuat surat keterangan tersebut, dan kemungkinan besar ada pengembalian mahar istri ("Certificate of Divorce," www.freebiblecommentary.org/special_topics/divorce_certificate.html, Bible Lessons International, 2014, diakses pada 19/6/23). Para saksi juga hadir untuk memberikan pertanggungjawaban (Henry, M., Commentary on the Whole Bible). Proses ini mencegah seorang suami untuk menceraikan istrinya secara gegabah atau karena marah. Sebaliknya, para suami harus dengan sengaja mengupayakan perceraian melalui proses hukum. Hal ini meningkatkan kemungkinan rekonsiliasi antara suami dan istri.

Surat cerai yang dibicarakan Yesus muncul di beberapa tempat dalam Alkitab (Ulangan 24:1-4; Yesaya 50:1; Yeremia 3:8; Matius 19:7; Markus 10:4). Ketika Yusuf mempertimbangkan untuk bercerai dengan tunangannya, Maria, dalam Matius 1:19, tindakannya itu akan membutuhkan surat cerai, karena kontrak pertunangan sama mengikatnya dengan pernikahan. Surat cerai biasanya disebutkan dalam dua konteks yang berbeda: perzinahan antara suami dan istri dan ketidaksetiaan Israel kepada Tuhan. Tidaklah sulit untuk memahami surat cerai antara suami dan istri. Namun, surat cerai antara Tuhan dan umat-Nya tampaknya tidak terduga dan mengkhawatirkan.

Adalah sah untuk seorang suami menceraikan istrinya karena ketidaksetiaannya, dan Hukum Taurat Musa melarang suami untuk menikah lagi dengan istrinya. Hal ini tampak mengecewakan ketika kita membaca dalam Yeremia bahwa Tuhan "telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya surat cerai" (Yeremia 3:8a). Israel berulang kali tidak setia kepada Tuhan, dan Dia memiliki hak untuk "menceraikan" Israel dan tidak akan pernah kembali kepadanya. Namun, Tuhan yang kaya akan belas kasihan memilih untuk tetap setia kepada Israel dan menebusnya untuk selama-lamanya! Meskipun Israel berulang kali tidak setia kepada Tuhan, Dia meminta Israel untuk kembali (Yeremia 3:12).

Dalam Matius 19:8, kita melihat bagaimana rancangan Tuhan akan keabadian pernikahan dinodai oleh dosa. Yesus berkata, "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian." Tuhan menciptakan perjanjian pernikahan untuk bertahan sampai mati. Sayangnya, dosa telah mengeraskan hati kita, dan perceraian masuk ke dalam dunia. Kabar baiknya adalah bahwa dengan perceraian yang memilukan datanglah anugerah dan kasih karunia yang tak terukur, dan ini berlaku bagi bangsa Israel maupun bagi suami dan istri. Kesetiaan Tuhan yang luar biasa kepada umat-Nya mengingatkan kita bahwa pernikahan antara Kristus dan mempelai-Nya, yaitu gereja, tidak akan pernah berakhir (Wahyu 19:7-9).

© Copyright Got Questions Ministries