Pertanyaan: Apakah makna dari "Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa!" dalam Yakobus 4:8?
Jawaban:
Yakobus mengamati masalah keduniawian yang merajalela yang menyusup ke dalam kehidupan orang-orang Kristen di gereja mula-mula. Ia mengajak para pembacanya untuk bertobat dari cara hidup mereka yang berdosa dan kembali kepada Tuhan: "Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu. Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa! dan sucikanlah hatimu, hai kamu yang mendua hati!" (Yakobus 4:8).
Penggunaan Yakobus akan frasa tahirkanlah tanganmu mengaitkan perintahnya dalam pengertian spiritual dan moral dengan bahasa ritual ibadah Yahudi kuno. Setiap kali para imam memasuki kemah suci di padang gurun dan mendekati mezbah untuk melayani Tuhan, mereka diharuskan untuk membasuh tangan dan kaki mereka dengan air dari baskom tembaga: "haruslah mereka membasuh tangan dan kaki mereka, supaya mereka jangan mati. Itulah yang harus menjadi ketetapan bagi mereka untuk selama-lamanya, bagi dia dan bagi keturunannya turun-temurun" (Keluaran 30:21).
Yakobus mungkin juga memikirkan kata-kata Raja Daud ini: "'Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?' 'Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu'" (Mazmur 24:3-4). Perintah Yakobus untuk "tahirkanlah tanganmu" lebih berfokus pada tindakan-tindakan duniawi dan perbuatan-perbuatan lahiriah manusia. Tuhan telah mengeluarkan perintah yang sama melalui nabi Yesaya: "Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mata-Ku. Berhentilah berbuat jahat" (Yesaya 1:16).
Tangan kita menjadi kotor ketika kita bermain di kotak pasir dunia. Kita membersihkan tangan kita dengan menjauhkannya dari pengejaran dosa dan kompromi moral, lalu mencari pengampunan Tuhan. Kita menyucikan hati kita melalui pembaharuan pikiran dan roh (Mazmur 51:10). Rasul Paulus mengajarkan orang-orang percaya untuk memberikan tubuh mereka-termasuk tangan mereka-kepada Tuhan sebagai "persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12:1-2).
Yakobus menyebut orang-orang itu "mendua hati" karena mereka terus mencengkeram erat dunia sementara mereka mengaku mengasihi dan menyembah Tuhan. Sebuah dakwaan yang paralel menjadi ciri khas orang-orang pada zaman Yesaya: "bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku" (Yesaya 29:13).
Yakobus melihat bahwa sudah waktunya bagi orang-orang untuk meruntuhkan tembok-tembok penyangkalan dan jujur pada diri mereka sendiri di hadapan Tuhan. Ia mendorong mereka untuk mendekat kepada Tuhan dalam pertobatan yang tulus dengan mengalami kesedihan yang menyayat hati atas dosa-dosa mereka: "Sadarilah kemalanganmu, berdukacita dan merataplah; hendaklah tertawamu kamu ganti dengan ratap dan sukacitamu dengan dukacita. Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu" (Yakobus 4:9-10).
Yesus Kristus mengajarkan bahwa kemurnian batin lebih penting daripada pembersihan lahiriah yang bersifat ritual: "Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang" (Matius 15:18-20; lihat juga Markus 7:1-9, 14-15, 20-23; Lukas 11:37-41). Ketika Yakobus berkata, "Tahirkanlah tanganmu, hai kamu orang-orang berdosa!". ia berbicara secara kiasan, menggunakan pembasuhan tangan sebagai lambang pertobatan dan pembasuhan dosa.
Sebenarnya, kita tidak dapat membersihkan diri kita sendiri dari dosa. Hanya Tuhan, melalui "darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa" (1 Yohanes 1:7). Kristus mencurahkan darah-Nya di kayu salib, menyediakan pengorbanan yang diperlukan untuk dosa-dosa kita sehingga kita dapat menerima pengampunan dari Tuhan dan penyucian yang sempurna (Yohanes 1:29; Efesus 1:7; Ibrani 9:12-22; 1 Petrus 1:18-19). Sekarang kita dapat mendekat kepada Tuhan "oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni" (Ibrani 10:19-22).