Pertanyaan
Apa yang terjadi bila tidak ada wahyu (Amsal 29:18)?
Jawaban
Amsal 29:18 menginformasikan, "Bila tidak ada wahyu, menjadi liarlah rakyat. Berbahagialah orang yang berpegang pada hukum." Tanpa wahyu ilahi dari Firman Tuhan, lingkungan rohani yang liar pasti akan berkembang.
Kata Ibrani yang diterjemahkan sebagai "wahyu" di sini secara konsisten dikaitkan dengan penglihatan yang diterima para nabi dari Tuhan (lihat Daniel 8:13; Nahum 1:1). Pada zaman dahulu, para nabi adalah guru-guru pilihan Tuhan untuk mengajar umat Tuhan dalam keadilan dan kebenaran. Menjadi liar berarti "menjadi lepas atau bebas dari pengekangan." Ketika manusia kehilangan pengetahuan atau pengajaran dalam Firman Tuhan yang diwahyukan, seolah-olah mereka dibiarkan menjadi liar dan bebas. Gagasan yang sama diungkapkan dalam Imamat 13:45 sebagai membiarkan rambut seseorang "terurai" (lihat juga Bilangan 5:18). Dalam Keluaran 32:25, terminologi ini menggambarkan bagaimana bangsa Israel "seperti kuda terlepas dari kandang" atau "telah melepaskan diri" (ESV) dengan anak lembu emas.
Firman Tuhan memberikan wawasan yang kita butuhkan untuk menavigasi dunia ini (Mazmur 119:105). Tanpa bimbingan Kitab Suci, manusia akan membuat kesalahan-kesalahan yang serius. Mereka akhirnya tersesat dan berada dalam masalah besar. Di mana tidak ada penyataan kebenaran-Nya, orang-orang melakukan apa pun yang mereka inginkan, dan kekacauan pun terjadi. Tetapi "yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya" (Lukas 11:28).
Penulis amsal ini menyadari pentingnya pelayanan kenabian dan pengajaran Firman Tuhan untuk kesejahteraan masyarakat dan untuk menjaga keharmonisan sosial. Alkitab menyebutkan waktu dan tempat di mana tidak ada pewahyuan. Ketika Tuhan memanggil Samuel untuk melayani sebagai nabi, "pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatanpun tidak sering" (1 Samuel 3:1). Kondisi yang sama juga terjadi pada zaman Raja Asa: "Lama sekali Israel tanpa Allah yang benar, tanpa ajaran dari pada imam dan tanpa hukum" (2 Tawarikh 15:3).
Nabi Amos memperingatkan tentang penghakiman Tuhan yang akan datang, dengan mengibaratkannya sebagai kelaparan di negeri itu-"bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN. Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman TUHAN, tetapi tidak mendapatnya" (Amos 8:11-12). Ketika tidak ada pewahyuan di zaman Hosea, Tuhan berkata, "Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu maka Aku menolak engkau menjadi imam-Ku; dan karena engkau melupakan pengajaran Allahmu, maka Aku juga akan melupakan anak-anakmu" (Hosea 4:6; bdk. Hosea 3:4).
Kitab Suci meratapi kurangnya wahyu kenabian: "Terbenam gapura-gapuranya di dalam tanah; TUHAN menghancurkan dan meluluhkan palang-palang pintunya. Rajanya dan pemimpin-pemimpinnya berada di antara bangsa-bangsa asing. Tak ada petunjuk dari TUHAN, bahkan nabi-nabi tidak menerima lagi wahyu dari pada-Nya" (Ratapan 2:9; lihat juga Mazmur 74:9).
Pesan dasar dari Amsal 29:18 adalah bahwa berkat-berkat kesejahteraan dan kehidupan yang harmonis akan datang kepada mereka yang menerima pengajaran Firman Tuhan dan menaatinya (Amsal 16:20). "Ada "upah yang besar" dalam mentaati hukum Tuhan (Mazmur 19:12). Sebaliknya, di mana tidak ada penyataan kebenaran dan tidak ada ketaatan pada perintah-perintah Tuhan, akibatnya adalah kekacauan, ketidakteraturan, kebingungan, dan pemberontakan.
English
Apa yang terjadi bila tidak ada wahyu (Amsal 29:18)?