settings icon
share icon
Pertanyaan

Apakah roti sajian di hadapan Tuhan (Keluaran 25:30)?

Jawaban


Roti sajian di hadapan Tuhan (juga disebut roti sajian dalam beberapa terjemahan) adalah roti khusus yang selalu ada di atas meja di Kemah Suci (dan kemudian di Bait Suci). Imamat 24:5-7 menjelaskan tentang roti ini:

"Engkau harus mengambil tepung yang terbaik dan membakar dua belas roti bundar dari padanya, setiap roti bundar harus dibuat dari dua persepuluh efa; engkau harus mengaturnya menjadi dua susun, enam buah sesusun, di atas meja dari emas murni itu, di hadapan TUHAN. Engkau harus membubuh kemenyan tulen di atas tiap-tiap susun; kemenyan itulah yang harus menjadi bagian ingat-ingatan roti itu, yakni suatu korban api-apian bagi TUHAN."

Roti sajian ini 1) terbuat dari tepung halus, 2) dipanggang menjadi 12 roti, 3) disusun dalam dua tumpukan yang masing-masing terdiri dari enam roti di atas meja yang terbuat dari emas murni, 4) dibubuhi kemenyan, dan 5) disajikan sebagai persembahan peringatan kepada Tuhan. Roti tersebut hanya dapat dimakan oleh Harun dan anak-anaknya di tempat yang kudus dan dikeluarkan setiap hari Sabat (Imamat 24:8-9).

Roti sajian pertama kali disebutkan dalam Keluaran 25:30. Tuhan memerintahkan agar roti itu diletakkan di atas meja emas di dalam Kemah Suci. Roti ini juga tercantum dalam sumbangan untuk Kemah Suci dalam Keluaran 35:13 dan dicatat sebagai bagian dari Kemah Suci yang telah selesai dibangun dalam Keluaran 39:36. Dalam Bilangan 4, suku Kehat, yang merupakan anak-anak Lewi, diberi tanggung jawab untuk mengurus meja roti sajian.

1 Tawarikh 9:32 mengatakan, "Dan sebagian dari anak-anak orang Kehat, yakni dari sanak saudara mereka, mengurus roti sajian untuk disediakan setiap hari Sabat." Roti ini kemungkinan disiapkan pada setiap hari Jumat dan ditempatkan di Kemah Suci pada setiap hari Sabat dalam dua tumpukan yang terdiri dari enam roti. Roti ini akan diisi ulang setiap minggu, sehingga para imam dapat makan roti yang baru di tempat kudus.

Pada suatu ketika dalam kehidupan Daud, ketika ia sedang dalam pelarian dari Saul, ia meminta makanan kepada imam Ahimelekh. Imam itu memberi Daud roti sajian, karena itu adalah satu-satunya roti yang tersedia (1 Samuel 21:1-6). Daud bukanlah seorang imam, jadi secara teknis tidak sah baginya untuk memakan roti sajian. Yesus kemudian merujuk pada peristiwa ini, menggunakannya sebagai bukti bahwa Hukum Taurat dirancang untuk kepentingan manusia, dan bahwa Kristus adalah Tuhan atas hari Sabat (Matius 12:1-8; Markus 2:25-27; Lukas 6:3-5).

Roti sajian Perjanjian Lama yang diletakkan di atas meja di Kemah Suci memberikan gambaran yang luar biasa tentang Yesus, Sang Roti Hidup. Yesus kudus di hadapan Allah, Dia menyediakan makanan yang benar, dan Dia selalu hadir. "Kata Yesus kepada mereka: 'Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi'" (Yohanes 6:35).

Satu referensi Perjanjian Baru lainnya, Ibrani 9:1-2, menyebutkan meja roti sajian sebagai salah satu benda yang ada di bagian pertama Kemah Suci. Di tempat itu juga terdapat kaki dian. Ayat 15 mencatat, "Karena itu Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan." Konteks ini menjelaskan bahwa aspek-aspek penting dari hukum Taurat Yahudi tidak lagi diperlukan karena Kristus telah menjadi Imam Besar untuk selamanya.

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apakah roti sajian di hadapan Tuhan (Keluaran 25:30)?
Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries