settings icon
share icon
Pertanyaan

Apa yang dimaksud dengan konsep "sudah tetapi belum"?

Jawaban


Konsep teologis "sudah tetapi belum" menyatakan bahwa orang-orang percaya secara aktif mengambil bagian dalam kerajaan Allah, meskipun kerajaan itu tidak akan mencapai ekspresi penuhnya sampai suatu saat di masa depan. Kita "sudah" berada di dalam kerajaan itu, tetapi kita "belum" melihatnya dalam kemuliaannya. Teologi "sudah tetapi belum" berkaitan dengan teologi kerajaan atau eskatologi yang diresmikan.

Paradigma "sudah tetapi belum" dikembangkan oleh teolog Princeton, Gerhardus Vos, pada awal abad ke-20. Pada tahun 1950-an George Eldon Ladd, seorang profesor di Fuller Theological Seminary, berpendapat bahwa ada dua makna dari kerajaan Allah: 1) otoritas dan hak Allah untuk memerintah, dan 2) alam di mana Allah menjalankan otoritas-Nya. Maka, kerajaan itu digambarkan dalam Alkitab baik sebagai sebuah dunia yang saat ini ada maupun yang akan ada di masa depan. Ladd menyimpulkan bahwa kerajaan Allah ada di masa kini dan di masa depan.

Teologi "sudah tetapi belum" sangat populer di kalangan Kharismatik, yang bagi mereka menyediakan kerangka teologis untuk mukjizat-mukjizat masa kini. "Sudah tetapi belum" secara resmi dianut oleh Gereja Vineyard dan mendasari banyak ajaran mereka.

Ada suatu pengertian di mana kerajaan Allah sudah berlaku. Ibrani 2:8-9 mengatakan, "Tetapi sekarang ini belum kita lihat, bahwa segala sesuatu telah ditaklukkan kepada-Nya. Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia." Dalam ayat ini, kita memiliki kata "sekarang" (kita melihat Yesus dimahkotai dengan kemuliaan), dan kita memiliki kata "belum" (belum semuanya ditaklukkan kepada Kristus). Yesus adalah Raja, tetapi kerajaan-Nya belum berada di dunia ini (lihat Yohanes 18:36).

Juga, dalam 1 Yohanes 3:2, kita membaca, "Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya." Sekali lagi, kita memiliki "sekarang" (kita adalah anak-anak Allah), dan kita memiliki "belum" (keadaan kita di masa depan). Kita adalah anak-anak Raja, tetapi kita harus menunggu untuk melihat dengan jelas apa yang dimaksud dengan hal itu.

Ditambah lagi dengan fakta bahwa Roma 8:30 mengatakan bahwa kita "dimuliakan" dan Efesus 2:6 mengatakan bahwa kita telah duduk bersama Kristus "di sorga", seakan-akan hal ini adalah tindakan yang telah selesai. Kita tidak merasa sangat dimuliakan, pada sebagian besar waktu, dan lingkungan kita tidak terlalu mirip dengan "sorga". Itu karena realitas spiritual saat ini belum sesuai dengan realitas fisik di masa depan. Suatu hari nanti, keduanya akan selaras.

Jadi, ada dasar alkitabiah untuk sistem penafsiran "sudah tetapi belum". Masalahnya muncul ketika paradigma ini digunakan untuk membenarkan injil kemakmuran, ajaran yang menamakan diri sebagai injil, dan ajaran-ajaran sesat lainnya. Gagasan di balik ajaran-ajaran ini adalah bahwa kerajaan Kristus sedang beroperasi penuh dan doa dapat membuatnya "menerobos" ke dalam dunia kita. Penginjilan dianggap dapat "memajukan kerajaan." Dan orang-orang diberitahu bahwa mereka tidak perlu sakit atau miskin karena kekayaan kerajaan sudah tersedia bagi mereka saat ini.

Namun, Alkitab tidak pernah berbicara tentang "memajukan kerajaan". Kerajaan itu akan datang (Lukas 11:2). Kita harus menerima kerajaan itu (Markus 10:15). Dan kerajaan itu saat ini "bukan dari dunia ini" (Yohanes 18:36). Perumpamaan Yesus tentang kerajaan menggambarkannya sebagai ragi dalam adonan dan pohon yang sedang bertumbuh. Dengan kata lain, kerajaan itu perlahan-lahan bekerja menuju pemenuhan akhir. Kerajaan itu tidak "menerobos" secara sporadis untuk memberi kita kenyamanan di dunia ini.

Sang Raja sendiri telah menawarkan kerajaan itu kepada orang-orang Yahudi pada abad pertama, tetapi mereka menolaknya (Matius 12:22-28). Suatu hari nanti, ketika Yesus datang kembali, Dia akan mendirikan kerajaan-Nya di bumi dan menggenapi nubuat Yesaya 51:3, "Sebab TUHAN menghibur Sion, menghibur segala reruntuhannya; Ia membuat padang gurunnya seperti taman Eden dan padang belantaranya seperti taman TUHAN. Di situ terdapat kegirangan dan sukacita, nyanyian syukur dan lagu yang nyaring." Hingga saat itu tiba, Yesus sedang membangun gereja-Nya (Matius 16:18) dan menggunakan kita untuk kemuliaan nama-Nya.

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Apa yang dimaksud dengan konsep "sudah tetapi belum"?
Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries