Pertanyaan
Apa kata Alkitab mengenai takdir dan kehendak bebas?
Jawaban
Dalam membahas takdir dan kehendak bebas, seringkali orang memihak satu konsep seutuhnya dan beranggapan bahwa pihak yang berbeda pendapat sedikitpun tidak benar. Mereka yang menekankan kedaulatan Allah dalam mentakdirkan siapakah yang selamat seringkali terdengar seperti fatalis. Mereka yang menekankan kehendak bebas manusia seringkali terdengar seolah-olah menyangkal kedaulatan Allah. Namun, jika istilah-istilah dimengerti sepenuhnya, maka diskusi yang ada sebenarnya bukan takdir vs. kehendak bebas, melainkan takdir dan kehendak yang tak seutuhnya bebas.
Ayat seperti Roma 8:29-30 dan Efesus 1:5-11 dengan jelas mengajar bahwa Allah mentakdirkan supaya manusia tertentu selamat. Takdir tidak lain dari memutuskan takdir sebelumnya. Konsep bahwa Allah telah memilih orang tertentu untuk selamat tidak bisa disangkal. Dasar dari kriteria pilihan Allah dapat diperdebatkan, namun penggarisan takdir adalah ajaran yang alkitabiah. Berbagai ayat dalam Perjanjian Baru juga mengajar bahwa orang percaya telah dipilih atau diangkat supaya selamat (Matius 24:22,31; Markus 13:20,27; Roma 8:33, 9:11, 11:5-7,28; Efesus 1:11; Kolose 3:12; 1 Tesalonika 1:4; 1 Timotius 5:21; 2 Timotius 2:10; Titus 1:1; 1 Petrus 1:1-2, 2:9; 2 Petrus 1:10).
Bahwa manusia memiliki kehendak bebas tidak ditemukan di dalam Alkitab, setidaknya dalam pemaknaan yang sering dijumpai khalayak besar. Pengartian kehendak bebas umumnya adalah bahwa kita dapat membuat pilihan bebas dari pengaruh eksternal. Pengertian kehendak bebas semacam ini tidak alkitabiah, dan sebenarnya tidak sesuai realita juga. Alkitab mengajar bahwa tanpa Kristus kita "mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa" (Efesus 2:1). Jika kita mati secara rohani, tentunya kondisi tersebut mempengaruhi kemampuan kita dalam memilih. Yohanes 6:44 mengajar bahwa, jika bukan Allah yang menarik, tidak mungkin ada yang mencari keselamatan dalam Kristus. Jika pilihan untuk mempercayai Kristus adalah hal yang mustahil tanpa campur tangan Allah, kehendak kita sebetulnya tidak "bebas".
Kemampuan kita dalam mengambil keputusan tengah dipengaruhi oleh berbagai faktor, contoh: sifat berdosa kita, cara kita dibesarkan, kemampuan berpikir kita, taraf pendidikan/pelatihan kita, biologi kita, psikologi kita, dsb. Jadi, manusia sebenarnya tidak memiliki kehendak bebas. Kita memiliki kehendak. Kita dapat mengambil keputusan. Menurut Alkitab, kita bertanggung-jawab atas respon kita pada pewahyuan Allah, termasuk tawaran-Nya untuk mempercayai injil (Yohanes 1:12, 3:16; Kisah 16:31; Roma 10:9-10; Wahyu 22:17). Akan tetapi, sekali lagi, kehendak kita sebetulnya tak seutuhnya bebas.
Pentakdiran adalah doktrin yang alkitabiah; kehendak bebas bukan. Jika pertanyaan yang ditangani adalah takdir vs. kehendak bebas, jelas bahwa doktrin takdir yang menang. Jika pertanyaannya adalah takdir vs. kehendak, atau takdir vs. tanggung-jawab, jawabannya lebih rumit. Allah berdaulat atas siapa yang selamat, dan bersamaan, manusia juga bertanggung-jawab atas pilihan kita terkait keselamatan. Dalam Alkitab, Allah berulang kali menghimbau supaya kita memilih untuk mempercayai Kristus supaya selamat. Bagaimana kedua kebenaran ini dapat benar sekaligus mungkin sulit dijelaskan menurut nalar kita yang terbatas, namun hal itu masuk akal dalam pikiran Allah yang MahaTahu.
English
Apa kata Alkitab mengenai takdir dan kehendak bebas?