settings icon
share icon
Pertanyaan

Haruskah orang Kristen berziarah ke Yerusalem?

Jawaban


Ziarah adalah perjalanan yang dilakukan ke tempat yang dianggap suci sebagai tindakan pengabdian agama. Umat Muslim diwajibkan, jika memungkinkan, untuk berziarah ke Mekah, tempat kelahiran Muhammad. Ziarah ini adalah bagian dari tugas keagamaan mereka sebagai Muslim dan cara untuk membantu memastikan surga bagi diri mereka sendiri. Kekristenan tidak membuat persyaratan seperti itu. Bahkan, setiap tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memastikan kehidupan kekal bagi diri kita sendiri adalah salah-termasuk berziarah ke Yerusalem. Titus 3:5 berkata, "Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus."

Banyak orang Kristen bermimpi untuk pergi ke Israel untuk melihat tempat-tempat yang kita baca dalam Alkitab. Mengunjungi Betlehem, reruntuhan Bait Allah, dan makam yang kosong dapat memberikan dampak yang luar biasa secara spiritual. Mengingat kemudahan transportasi modern, perjalanan seperti itu merupakan tujuan yang dapat dicapai bagi banyak orang, dan ribuan orang melakukan perjalanan ke Tanah Suci setiap tahunnya. Namun, beberapa orang menganggap perjalanan mereka ke Yerusalem sebagai "ziarah", setara dengan perjalanan seorang Muslim ke Mekah. Ketika kita memandang kunjungan ke Yerusalem seperti itu, kita memasuki wilayah spiritual yang berbahaya. Ketika kita menambah atau mengurangi apa pun dari karya Kristus yang telah selesai dalam membeli keselamatan kita, kita bersalah karena memutarbalikkan Injil (Roma 3:20; Galatia 2:16; Titus 3:5). Ziarah ke Yerusalem tidak akan mengubah apa pun tentang posisi kita di hadapan Tuhan (Efesus 2:8-9).

Kita harus mempertimbangkan beberapa faktor saat memutuskan apakah akan berziarah ke Yerusalem atau tidak:

1. Keuangan. Tergantung di mana seseorang tinggal di dunia, perjalanan itu sendiri bisa sangat mahal. Biaya perjalanan, penginapan, makanan, cinderamata, pemandu, dan kunjungan sampingan dapat menambah biaya yang cukup besar. Jika berziarah ke Yerusalem mengharuskan Anda berhutang atau menghabiskan uang yang dibutuhkan di tempat lain, maka perjalanan seperti itu bukanlah keputusan yang bijak. Sebelum merencanakan perjalanan ke Yerusalem, orang Kristen yang bijaksana harus berkonsultasi dengan Tuhan tentang apakah ini adalah cara yang Dia inginkan untuk membelanjakan uang tersebut. Mungkinkah uang tersebut lebih baik digunakan untuk menolong orang lain mengenal Dia?

2. Motif. Setiap orang memiliki alasan yang berbeda untuk pergi ke Israel. Sayangnya, banyak orang yang menganggap diri mereka sebagai orang Kristen melihat ziarah ke Yerusalem sebagai cara untuk bertumbuh lebih dekat dengan Tuhan, bukan dengan mengikuti perintah-Nya untuk bertobat, dibaptis, dan menjalani kehidupan yang kudus (Matius 4:17; Kisah Para Rasul 2:38; 1 Petrus 1:15). Jika alasan perjalanan tersebut adalah untuk lebih memahami Kitab Suci atau untuk bersukacita melihat dan menyentuh tempat-tempat yang pernah dilalui oleh Yesus dan para bapa leluhur, maka itu bisa menjadi pengalaman yang baik. Namun jika tujuannya adalah untuk mendapatkan anugerah atau mendapatkan kedudukan yang lebih baik di hadapan Tuhan, maka prioritas harus disesuaikan sebelum perjalanan seperti itu dapat menjadi produktif.

3. Signifikansi spiritual dari relik. Manusia memiliki kecenderungan untuk menyembah berhala. Sayangnya, banyak orang yang menganggap diri mereka Kristen dapat membuat berhala dari relik yang dianggap sebagai bagian dari sejarah Kristen. Histeria nyaris terjadi ketika pecahan perahu Petrus, tengkorak orang suci, atau benda-benda lain yang dianggap suci ditemukan, dan jutaan orang berduyun-duyun datang untuk melihat atau menyentuhnya. Menganggap benda-benda fisik memiliki kekuatan spiritual adalah takhayul dan salah. Jika kita rentan terhadap penyembahan berhala seperti itu, bahkan untuk hal-hal atau tempat-tempat yang dianggap berhubungan dengan Yesus, ziarah ke Yerusalem bisa jadi tidak lebih dari sebuah episode penyembahan berhala yang diperluas. Pernak-pernik, batu, atau potongan kayu yang dianggap sebagai bagian dari salib sering kali diambil dan dijadikan tempat pemujaan tersendiri di mana orang-orang memberikan penghormatan kepadanya. Agama-agama tertentu cenderung melakukan hal ini lebih banyak daripada yang lain, tetapi kita semua cenderung mengidolakan benda-benda daripada menyerahkan semua penyembahan kita kepada Tuhan yang tidak terlihat. Mereka yang menyentuh benda-benda atau mengunjungi reruntuhan sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mungkin perlu memeriksa kembali pemahaman mereka tentang keselamatan sebelum melakukan ziarah ke Yerusalem (lihat 2 Korintus 13:5).

Untuk alasan yang tidak kita ketahui, Tuhan memilih bangsa Israel yang kecil untuk membawa keselamatan bagi dunia. Yerusalem disebutkan di seluruh Alkitab sebagai tempat yang dekat dengan hati Tuhan dan sebuah kota yang memainkan peran penting dalam kerajaan-Nya di bumi di masa depan (Wahyu 3:12; 21:2-3). Mereka yang mengasihi Yesus dan mencintai Firman-Nya secara alamiah memiliki ketertarikan terhadap Israel dan khususnya Yerusalem, sehingga keinginan untuk mengunjungi tempat-tempat tersebut dapat dimengerti. Jika perjalanan tersebut bijaksana secara finansial, alasannya masuk akal, dan penyembahan berhala tidak menjadi masalah, maka merencanakan perjalanan ke Yerusalem dapat menjadi petualangan yang mengasyikkan. Namun, jangan pernah menganggapnya sebagai ziarah keagamaan.

English



Kembali ke halaman utama dalam Bahasa Indonesia

Haruskah orang Kristen berziarah ke Yerusalem?
Bagikan halaman ini: Facebook icon Twitter icon Pinterest icon Email icon
© Copyright Got Questions Ministries