Pertanyaan: Siapakah Abimelekh dalam Kitab Hakim-Hakim?
Jawaban:
Abimelekh, salah satu putra Gideon, menjabat sebagai hakim Israel setelah Gideon menjadi hakim. Ia pertama kali disebutkan dalam Hakim-hakim 8:30-31 di mana kita membaca, "Gideon mempunyai tujuh puluh anak laki-laki, semuanya anak kandungnya, sebab ia beristeri banyak; juga gundiknya yang tinggal di Sikhem melahirkan seorang anak laki-laki baginya, lalu ia memberikan nama Abimelekh kepada anak itu." Gideon berasal dari suku Manasye dan telah memimpin Israel menuju kemenangan meskipun secara manusiawi mustahil untuk menang (Hakim-hakim 7). Setelah kemenangan ini, ia menjadi kaya raya dan memiliki beberapa istri, termasuk seorang gundik di Sikhem yang menjadi ibu dari Abimelek.
Abimelekh berusaha menguasai Sikhem dengan cara menyingkirkan semua penentangnya-yaitu dengan membunuh semua anak Gideon yang lain (Hakim-Hakim 9:1-2). Semua dibunuh kecuali anak bungsu Gideon, Yotam (ayat 5). Abimelekh kemudian menjadi raja di Sikhem (ayat 6).
Setelah memimpin Sikhem selama tiga tahun, sebuah konspirasi muncul untuk melawan Abimelekh. Perang saudara pun pecah, yang berujung pada pertempuran di sebuah kota bernama Tebes (Hakim-Hakim 9:50). Abimelekh memojokkan para pemimpin kota di sebuah menara dan mendekat dengan maksud untuk membakar menara itu dengan api.
Kemudian tertulis dalam Alkitab, "Tetapi seorang perempuan menimpakan sebuah batu kilangan kepada kepala Abimelekh dan memecahkan batu kepalanya. Dengan segera dipanggilnya bujang pembawa senjatanya dan berkata kepadanya: 'Hunuslah pedangmu dan bunuhlah aku, supaya jangan orang berkata tentang aku: Seorang perempuan membunuh dia.' Lalu bujangnya itu menikam dia, sehingga mati. Setelah dilihat oleh orang Israel, bahwa Abimelekh telah mati, pergilah mereka, masing-masing ke tempat kediamannya" (Hakim-hakim 9:53-55).
"Batu kilangan" adalah sebuah batu besar yang berdiameter sekitar 18 inci, dan inilah yang menimpa kepala Abimelekh. Meskipun dia selamat dari hantaman batu itu, Abimelekh tahu bahwa dia tidak akan hidup lama. Dia memerintahkan pembawa senjatanya yang masih muda untuk menghabisinya demi reputasinya (sebuah praktik yang terlihat di tempat-tempat lain dalam Perjanjian Lama). Pemuda itu melakukan apa yang diperintahkan, dan pertempuran berakhir dengan kekalahan pasukan Abimelekh.
Abimelekh memberikan contoh negatif tentang bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Dia memimpin dengan paksaan, membunuh lawan-lawannya, dan memimpin dengan cara yang buruk sehingga rakyatnya berusaha untuk mengalahkannya. Berbeda dengan kepemimpinan positif ayahnya, Abimelekh berfokus pada keuntungan pribadinya, dan dalam prosesnya menyakiti banyak orang.
Menariknya, referensi tentang kematian Abimelek akan dibuat bertahun-tahun kemudian pada masa pemerintahan Daud. Ketika Uria ditempatkan di garis depan pertempuran sehingga dia akan mati, Yoab mengirim pesan kepada Daud yang berbunyi, "Siapakah yang menewaskan Abimelekh bin Yerubeset? Bukankah seorang perempuan menimpakan batu kilangan kepadanya dari atas tembok, sehingga ia mati di Tebes?" (2 Samuel 11:21). Referensi ini memiliki pesan praktis dan rohani bagi Daud. Secara praktis, referensi ini mencatat bahwa Abimelekh menjadi contoh untuk tidak terlalu dekat dengan tembok saat berperang. Secara rohani, ayat ini menunjukkan kesalahan dari memimpin untuk keuntungan diri sendiri dan bukan untuk melayani Tuhan.