Jawaban:
Inkuisisi adalah lembaga pengadilan atau penghakiman yang didirikan oleh Gereja Katolik Roma untuk mencari, mengadili, dan menghukum orang-orang yang diyakini bersalah oleh Gereja Katolik Roma karena ajaran sesat. Tujuan dari inkuisisi adalah untuk mengamankan dan memelihara kesatuan agama dan doktrin dalam Gereja Katolik Roma dan di seluruh Kekaisaran Romawi Suci, baik melalui konversi atau penganiayaan terhadap orang-orang yang dituduh sesat. Para sejarawan umumnya membedakan Inkuisisi berdasarkan empat kerangka waktu dan wilayah berbeda di mana Inkuisisi terjadi. Hal ini adalah Inkuisisi Abad Pertengahan atau Episkopal, Inkuisisi Spanyol, Inkuisisi Portugis, dan Inkuisisi Romawi.
Sebelum berdirinya Gereja Katolik Roma dan ditetapkannya agama Kristen versi mereka sebagai agama resmi negara Kekaisaran Romawi pada abad ke-4, hukuman bagi ajaran sesat di kalangan umat Kristen biasanya berupa dikeluarkan dari gereja. Namun, dengan penyatuan antara gereja dan negara yang muncul pada abad ke-4, orang-orang yang dianggap sesat oleh Gereja Katolik Roma juga dianggap sebagai musuh negara dan dikenakan berbagai bentuk hukuman ekstrem, termasuk kematian. Baru pada abad ke-12 Inkuisisi resmi diorganisir dan disetujui oleh Gereja Katolik Roma untuk secara resmi menangani apa yang mereka lihat sebagai peningkatan kelompok sesat yang terorganisir di Kekaisaran Romawi Suci.
Inkuisisi pertama dikenal sebagai Inkuisisi Abad Pertengahan atau Inkuisisi Episkopal dan mengacu pada berbagai pengadilan yang dimulai sekitar tahun 1184. Inkuisisi ini mencakup Inkuisisi Episkopal (1184-1230) dan Inkuisisi Kepausan (1230), yang muncul sebagai respons terhadap gerakan-gerakan rakyat yang besar di Eropa yang dianggap sesat oleh Gereja Katolik Roma. Pada masa inilah (1231) Paus Gregorius IX mengalihkan kekuasaan untuk menghukum penyesat dari uskup setempat dan menempatkannya pada para inkuisitor di bawah yurisdiksi khusus dan wewenang kepausan. Ia juga menetapkan hukuman berat bagi mereka yang dinyatakan bersalah mempraktekkan ajaran sesat, dan dekritnya menetapkan pedoman baru untuk menyelidiki dan menghukum penyesat di Kekaisaran Romawi Suci. Umumnya, ketika Inkuisisi dibentuk untuk menyelidiki ajaran sesat di wilayah tertentu di Kekaisaran Romawi Suci, Paus akan menunjuk dua inkuisitor, yang masing-masing memiliki otoritas yang sama dalam Inkuisisi atau pengadilan. Karena para inkuisitor ini mempunyai kekuasaan untuk menyelidiki dan mengucilkan bahkan para pangeran, mereka mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang sangat besar di Kekaisaran Romawi Suci.
Meskipun beberapa inkuisitor mempunyai reputasi sebagai orang yang adil dan penuh belas kasihan, yang lain diketahui menjatuhkan hukuman yang kejam dan tidak biasa kepada masyarakat, termasuk berbagai jenis penyiksaan, yang pada akhirnya dengan hal-hal seperti inilah yang diingat orang mengenai Inkuisisi. Karena mereka dapat memenjarakan tersangka yang mereka anggap berbohong, beberapa inkuisitor menggunakan penyiksaan sebagai upaya untuk membuat mereka mengakui apa yang ingin didengar oleh inkuisitor. Pada tahun 1252 Paus Innosensius IV secara resmi menyetujui penyiksaan sebagai cara untuk mendapatkan “kebenaran” dari tersangka. Sebelumnya, jenis hukuman ekstrem seperti ini asing dalam tradisi dan praktik gereja. Selama Inkuisisi Spanyol saja, sebanyak 2.000 orang dibakar dalam satu dekade setelah Inkuisisi dimulai.
Periode Inkuisisi besar berikutnya dikenal sebagai Inkuisisi Spanyol. Didirikan oleh Raja Ferdinand dan Ratu Isabella dari Spanyol pada tahun 1478 dengan persetujuan Paus Sixtus IV. Berbeda dengan Inkuisisi sebelumnya, Inkuisisi sepenuhnya berada di bawah kekuasaan kerajaan dan dikelola oleh pendeta sekuler. Fokus utamanya adalah pada orang-orang Yahudi yang mengaku berpindah agama ke Katolik Roma tetapi dicurigai masih terus mempraktikkan Yudaisme. Kemudian, dengan menyebarnya Protestantisme ke Spanyol, Inkuisisi juga mulai menganiaya umat Protestan yang memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma. Namun, setelah berkurangnya perselisihan agama pada abad ke-17, Inkuisisi Spanyol pada dasarnya menjadi lebih seperti polisi rahasia yang akan menyelidiki dan membalas ancaman internal terhadap otoritas Spanyol. Inkuisisi Spanyol mungkin yang paling terkenal karena penyiksaannya dan jumlah orang yang dieksekusi akibat penyiksaan tersebut. Sepanjang sejarahnya, Inkuisisi Spanyol mengadili lebih dari 341.000 orang, di mana sekitar 32.000 orang dieksekusi.
Periode penting lainnya dikenal sebagai Inkuisisi Portugis dan didirikan di Portugal pada tahun 1536 oleh raja Portugal, João III, dan beroperasi seperti Inkuisisi Spanyol yang lebih terkenal. Kemudian, pada tahun 1560, di India dan bagian lain Kekaisaran Portugis di Asia, Inkuisisi Goa didirikan di kota Goa di India untuk menangani orang-orang yang berpindah dari agama Hindu yang dicurigai terus mengamalkan atau menganut beberapa kepercayaan Hindu.
Periode terakhir dikenal sebagai Inkuisisi Romawi, dan dimulai pada tahun 1542 ketika Paus Paulus III mendirikan Kantor Suci sebagai pengadilan banding terakhir dalam semua persidangan penyesat. Kelompok ini terdiri dari para kardinal dan pejabat lain yang bertugas menjaga dan membela doktrin Gereja Katolik Roma. Kelompok ini memainkan peran penting dalam Kontra-Reformasi, dan kelompok inilah yang mengutuk Galileo karena “kecurigaan besar akan ajaran sesat” dan melarang semua karyanya pada tahun 1633 karena mengajarkan bahwa bumi dan planet-planet lain mengitari matahari. Pada tahun 1965, Paus Paulus VI mereorganisasi Kantor Suci dan menamainya menjadi Kongregasi Ajaran Iman, dan masih berlaku sampai sekarang.