Jawaban:
Dalam 1 Tawarikh 1:19 disebutkan bahwa bumi terbagi pada zaman Peleg: “Bagi Eber lahir dua anak laki-laki; nama yang seorang ialah Peleg, sebab dalam zamannya penduduk bumi terbagi, dan nama adiknya ialah Yoktan” (lihat juga ayat 25). Perincian bahwa “bumi terbagi” telah menyebabkan beberapa orang berspekulasi tentang sifat sebenarnya dari pembagian tersebut.
Referensi Peleg pertama kali ditemukan dalam Kejadian 10:25 yang bunyinya sama dengan 1 Tawarikh 1:19. Segera setelahnya, dalam Kejadian 11, terjadi peristiwa yang menggambarkan pembagian bumi ini: Menara Babel.
Di Menara Babel, Tuhan tidak senang dengan tindakan manusia yang berusaha membangun menara setinggi langit dan “membuat nama” bagi diri mereka sendiri (Kejadian 11:4). Dalam penghakiman, Tuhan mengacaukan bahasa mereka sehingga mereka tidak dapat lagi memahami satu sama lain. Kisah ini diakhiri dengan ringkasan berikut: “Itulah sebabnya sampai sekarang nama kota itu disebut Babel, karena di situlah dikacaubalaukan TUHAN bahasa seluruh bumi dan dari situlah mereka diserakkan TUHAN ke seluruh bumi” (Kejadian 11:9).
Sejarah keluarga Peleg dicatat sekali lagi setelah Menara Babel (Kejadian 11:16–19). Fakta bahwa Peleg disebutkan sebelum dan segera setelah kisah Menara Babel membantu memperjelas bahwa inilah peristiwa penting yang membelah bumi. Tampaknya bumi tidak terbagi secara geologis, namun penduduknya terbagi dalam berbagai kelompok bahasa.
Saat ini, ada lebih dari 7.000 bahasa di seluruh dunia. Meskipun banyak dari bahasa-bahasa ini dikembangkan setelah Menara Babel, bahasa-bahasa tersebut dapat ditelusuri ke akar linguistik yang berbeda. Bahasa-bahasa yang ada saat ini masih menjadi titik pemisah dalam kebudayaan. Perpecahan ini sudah ada sejak Menara Babel pada zaman Peleg.
Menariknya, penyebutan terakhir Peleg ditemukan dalam Perjanjian Baru. Dalam Lukas 3:35, Peleg disebutkan dalam silsilah Yesus. Pada masa Peleg, Tuhan membagi bumi dengan bahasa. Namun pada saat yang sama, Dia mempunyai rencana—dengan Peleg terlibat di dalamnya—untuk mengutus Yesus Kristus, Dia yang dapat mendamaikan semua perpecahan.