Pertanyaan: Apa artinya Yesus menjadi dosa karena kita (2 Korintus 5:21)?
Jawaban:
"Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah" (2 Korintus 5:21). Ayat ini telah mengilhami banyak perdebatan di antara para teolog selama bertahun-tahun. Tidak diragukan lagi bahwa ayat ini mengungkapkan kebenaran yang unik tentang Yesus: Dia telah menjadi dosa karena kita. Di satu sisi, ayat ini menyatakan kebenaran Injil yang sederhana bahwa Yesus telah menanggung dosa-dosa semua orang yang percaya kepada-Nya, namun di sisi lain, ayat ini juga memberikan pernyataan yang agak membingungkan. Bagaimana tepatnya Tuhan membuat Yesus menjadi dosa bagi kita?
Mungkin cara terbaik untuk memahami bahwa Ia menjadi dosa bagi kita adalah dengan memulai dari apa yang tidak dimaksudkan. Pertama, ini tidak berarti bahwa Yesus benar-benar menjadi dosa itu sendiri. Mengemukakan teori seperti itu berarti menyangkal seluruh isi Kitab Suci, yang dengan jelas menggambarkan Yesus Kristus sebagai Dia yang tidak berdosa (1 Yohanes 3:5), yang tidak berbuat dosa (1 Petrus 2:22), dan yang kudus, tidak bercela, dan murni (Markus 1:24; Kisah Para Rasul 3:14; Wahyu 3:7). Jika Yesus "menjadi" dosa, bahkan untuk sesaat, itu berarti Dia tidak lagi menjadi Tuhan. Tetapi Kitab Suci menggambarkan Yesus sebagai "tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya" (Ibrani 13:8). Dia adalah dan akan selalu menjadi Pribadi Kedua dari ke-Allahan (Yohanes 1:1).
Kedua, gagasan bahwa Yesus menjadi dosa bagi kita tidak berarti bahwa Dia menjadi orang berdosa, bahkan untuk sesaat. Beberapa orang mengatakan bahwa Kristus dapat dianggap sebagai pendosa yang paling besar, karena semua dosa umat manusia (atau setidaknya umat pilihan) menjadi dosa-dosa-Nya sendiri. Ketika Kristus menderita menggantikan kita dan mati untuk kita, Dia telah menanggung hukuman atas dosa-dosa kita di dalam tubuh-Nya sendiri (1 Petrus 2:24). Tetapi Yesus tidak pernah menjadi orang berdosa secara pribadi.
Ketiga, ini tidak berarti Dia benar-benar bersalah atas dosa. Tidak ada seorang manusia pun yang benar-benar tidak bersalah yang tidak pernah melanggar hukum Tuhan, namun Yesus tidak pernah melakukannya. Jika Dia bersalah, maka Dia layak untuk mati, dan kematian-Nya tidak lebih baik daripada kematian orang lain yang bersalah. Bahkan orang-orang Farisi yang mengirim Yesus ke Kalvari pun tahu bahwa Dia tidak bersalah: "Dan meskipun mereka tidak menemukan sesuatu yang dapat menjadi alasan untuk hukuman mati itu, namun mereka telah meminta kepada Pilatus supaya Ia dibunuh" (Kisah Para Rasul 13:28).
Jika Dia menjadi dosa bagi kita, bukan berarti Yesus berdosa, atau orang berdosa, atau bersalah atas dosa, penafsiran yang tepat hanya dapat ditemukan dalam doktrin imputasi. Hal ini ditegaskan oleh bagian kedua dari 2 Korintus 5:21: "supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Mengimputasikan sesuatu berarti menganggap atau mengaitkannya kepada seseorang. Di kayu salib, dosa kita diperhitungkan kepada Kristus. Dengan cara itulah Kristus membayar hutang dosa kita kepada Tuhan. Dia tidak memiliki dosa dalam diri-Nya sendiri, tetapi dosa kita diperhitungkan (diatribusikan) kepada-Nya sehingga, ketika Dia menderita, Dia menanggung hukuman yang adil sesuai dengan dosa kita. Pada saat yang sama, melalui iman, kebenaran Kristus diperhitungkan kepada kita. Sekarang kita dapat berdiri di hadapan Tuhan tanpa dosa, sama seperti Yesus yang tidak berdosa. Kita tidak benar dalam diri kita sendiri; sebaliknya, kebenaran Kristus diterapkan kepada kita.
Jadi, "Tuhan telah membuat Dia menjadi dosa karena kita" berarti bahwa Yesus, meskipun tidak berdosa, diperlakukan seolah-olah Dia berdosa. Meskipun Dia tetap kudus, Dia dianggap bersalah atas semua dosa di dunia. Melalui imputasi dosa kita kepada-Nya, Dia menjadi pengganti kita dan penerima penghakiman Tuhan terhadap dosa. Setelah menyelamatkan mereka yang percaya, Dia sekarang "membenarkan dan menguduskan dan menebus kita" (1 Korintus 1:30).