Pertanyaan: Apa yang dimaksud dengan berdirilah teguh, jangan goyah?
Jawaban:
"Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Ayat ini menyimpulkan sebuah pasal yang merinci kebangkitan tubuh jasmani kita di masa depan. Paulus mendorong jemaat Korintus untuk tetap setia pada semua yang telah ia ajarkan kepada mereka. Ketika kita melihat kata karena itu dalam Alkitab, kita harus selalu melihat kembali mengapa kata itu ada di sana: untuk apa kata "karena itu" ada di sana? Kata ini biasanya menunjukkan rangkuman dari apa yang telah dinyatakan sebelumnya. Dalam kasus ini, Paulus berbicara kepada mereka yang telah murtad dari ajarannya yang asli tentang kebangkitan. Mereka memeluk ajaran sesat dan memperkenalkan gagasan-gagasan yang merusak yang bertentangan dengan Injil. Paulus menyatakan kembali kebenaran tentang kematian Yesus untuk dosa dan kebangkitan tubuh dan kemudian menasihati mereka untuk tetap berpegang teguh pada ajaran tersebut.
Teguh dan tidak tergoyahkan berarti memiliki dasar yang kokoh secara rohani. Orang yang teguh tahu apa yang ia percayai dan tidak dapat "diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran" (Efesus 4:14). Orang yang tidak tergoyahkan dapat mendengar pengajaran yang salah, terlibat diskusi dengan orang yang meragukan, dan mempertahankan kebenaran tanpa menggoyahkan imannya. Dalam suratnya yang lain kepada jemaat di Korintus, Paulus mengungkapkan keprihatinannya terhadap jemaat ini: "Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya" (2 Korintus 11:3). Bahkan orang-orang percaya yang telah diajar secara pribadi oleh rasul Paulus pun menjadi korban penipuan. Seberapa besar kerentanan kita?
Untuk tetap teguh dan tidak goyah, kita harus mengenal Firman Tuhan. 2 Timotius 2:15 berkata, "Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itun." Untuk menangani firman kebenaran dengan tepat, kita tidak hanya harus membaca Alkitab, tetapi kita juga harus mengizinkan firman kebenaran itu menjadi bagian dari diri kita. Kebenarannya harus menembus pikiran dan hati kita sehingga membentuk pemikiran dan tindakan kita. Kebenarannya harus memenuhi pikiran kita sehingga kita dapat mendeteksi kesalahan ketika kita mendengarnya. Iblis menggunakan Kitab Suci untuk tujuannya sendiri, memelintirnya sehingga terdengar seolah-olah Kitab Suci mengatakan sesuatu yang tidak dikatakannya (Lukas 4:9-11). Jika kita tidak rajin belajar dan merenungkan kebenaran, kita rentan terhadap kesalahan. Agama-agama palsu di dunia dapat menjadi persuasif ketika mereka mengutip ayat-ayat Alkitab untuk mendukung kesesatan mereka. Bahkan orang Kristen pun dapat tertipu oleh ajaran sesat yang terdengar halus jika mereka tidak memiliki dasar yang kuat dalam " seluruh maksud Allah" (Kisah Para Rasul 20:27). Adalah keinginan Tuhan agar kita bertumbuh setiap hari dalam pemahaman kita akan Dia dan Firman-Nya sehingga kita akan tetap setia sampai akhir (Yohanes 8:31; 2 Petrus 1:2; 3:18; 1 Yohanes 2:24).