www.GotQuestions.org/Indonesia



Pertanyaan: Apa definisi dari agama?

Jawaban:
Lebih dari 80 persen penduduk dunia menganut suatu "agama"; orang mungkin mengira bahwa kata tersebut memiliki arti yang jelas. Namun, tidak ada definisi yang diterima secara universal tentang istilah agama. Agama-agama mengambil pendekatan yang berbeda secara fundamental terhadap kebenaran, Kitab Suci, perilaku, dan alasan. Hal yang sama juga berlaku untuk sejumlah konsep lain, seperti makna, pengalaman, tradisi, toleransi, persatuan, kesesuaian, otoritas, ketuhanan, doktrin, keselamatan, moralitas, seksualitas, keluarga, kematian, dan kemanusiaan. Beberapa budaya memandang agama sepenuhnya terpisah dari individu atau masyarakat. Budaya lain tidak cukup membedakan konsep-konsep tersebut untuk menganggap "agama" sebagai kategori yang bermakna.

Definisi umum agama dapat disaring dari pengalaman yang sangat beragam ini sebagai "sebuah sistem yang terhubung dengan komponen spiritual dan/atau supernatural yang secara unik memengaruhi pandangan dunia, perilaku, kepercayaan, budaya, moralitas, dan pendekatan pemeluknya terhadap tulisan, orang, atau tempat tertentu." Bahkan walau disederhanakan, definisi tersebut tetap cukup panjang - dan penuh dengan berbagai ide pikiran. Garis batas antara agama dan budaya atau filosofi atau tradisi atau mitos tidaklah mudah untuk ditarik.

Agama sebagai sebuah kategori sulit untuk didefinisikan, tetapi contoh-contoh spesifiknya lebih jelas. Kebanyakan orang terhubung dengan sesuatu yang mudah diidentifikasi sebagai kepercayaan agama. Sistem-sistem ini mengidentifikasi sebagai agama dan memiliki batas definisi yang sangat jelas dan tidak kabur. Contohnya adalah Kristen, Yahudi, Islam, Hindu, Budha, dan Sikh. Semua ini secara langsung disebut "agama" dan memiliki semua unsur yang membentuknya - di mana tiap agama memiliki perbedaan mendasar.

Seperti halnya istilah-istilah luas lainnya, agama memiliki makna yang lebih sempit dalam konteks tertentu. Contoh yang umum berfokus pada perilaku. Dalam penggunaan tersebut, referensi untuk "agama" menekankan pada tindakan atau sikap: ritual, doa, perilaku, atau pengakuan kepercayaan doktrinal. Atau, secara lebih sederhana, "aturan dan ritual." Seseorang yang sering berdoa dan menghadiri gereja akan dilihat sebagai "menjalankan agama". Sebaliknya, seseorang yang tidak pernah berdoa atau pergi ke gereja akan dianggap "tidak menjalankan agama", meskipun ia mengaku beriman.

Referensi Alkitab untuk "agama" biasanya menggunakan fokus yang sempit pada perilaku. Dalam Yakobus 1:27, misalnya, kata agama merujuk pada tindakan ibadah-yaitu ekspresi iman: "Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia." Perhatikan dalam ayat ini tentang kurangnya "alat-alat" agama yang diterima secara umum: Yakobus tidak menyebutkan benda-benda keagamaan, hari-hari suci, liturgi yang dihafalkan, atau gerakan tangan yang khusus. Agama yang murni melibatkan menolong orang lain yang mengalami kesusahan dan menjaga kekudusan pribadi. Yesus sering mengkritik perilaku yang hampa dan munafik yang tidak berakar pada iman yang tulus (Matius 5:27-28; 7:21-23; Markus 7:9-13; Lukas 11:42-44).

Alkitab juga secara eksplisit mengkontraskan gagasan agama sebagai praktik dengan iman itu sendiri. Berbicara kepada orang-orang yang tidak percaya, Paulus mencatat adanya mezbah-mezbah untuk berbagai macam dewa dan mengatakan bahwa orang-orang itu "sangat beribadah" (Kisah Para Rasul 17:21-23). Yakobus mengatakan bahwa agama yang tidak menghasilkan pengendalian diri adalah "sia-sialah ibadahnya" (Yakobus 1:26).

Sejalan dengan bagaimana Kitab Suci memandang istilah seperti agama atau religius adalah istilah seperti politik dan politisi. Politik itu penting, dengan caranya sendiri, karena "politik" adalah bagaimana sebuah budaya menerjemahkan keyakinan moral dan etika ke dalam hukum dan pemerintahan. Seseorang dapat menjadi "politisi" sambil mempertahankan pandangan bahwa partai politik, hukum, dan pejabat terpilih bukanlah hal terpenting yang dipertaruhkan. Semua itu adalah sarana untuk mencapai tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Seseorang yang memperoleh makna dan tujuan fundamentalnya dari mekanisme politik itu sendiri bukanlah seorang yang politisi yang benar, melainkan orang yang tidak seimbang, karena prioritasnya yang salah.

Agama, dengan cara yang sama, dapat dibelokkan ketika ia menjadi fokusnya sendiri. Kekristenan yang alkitabiah memiliki tujuan akhir di balik dan di luar karakteristik yang digunakan untuk mendefinisikan sebuah "agama". Detail-detail itu penting, tetapi mereka bukanlah keseluruhan iman. Hal ini, sekali lagi, merupakan aspek kunci dari pengajaran Kristus. Hal ini merupakan sebagian besar teguran rutin-Nya kepada para pemimpin agama pada zaman-Nya, yang prioritasnya sama salahnya dengan beberapa politisi masa kini (lihat Lukas 11:52). Ritual, doa, denominasi, atau aspek-aspek iman yang "dihayati" yang menjadi ilah bagi diri mereka sendiri adalah jenis "agama" yang ditentang oleh Kitab Suci (Titus 3:5; Roma 3:20).

Karena alasan ini, orang Kristen terkadang menyindir bahwa "Kekristenan bukanlah sebuah agama; melainkan sebuah hubungan." Tentu saja, dengan menggunakan definisi agama yang paling luas, istilah tersebut secara akurat berlaku untuk mengikut Yesus. Namun, orang-orang percaya dimaksudkan untuk memahami bagaimana perilaku dan sikap harus mengalir dari dan menuju pribadi Yesus Kristus. Sejauh pemahaman itu ada, Kekristenan pada dasarnya memang berbeda dari setiap "agama" lain di dunia.

© Copyright Got Questions Ministries