Pertanyaan: Apakah pesan Yesus kepada jemaat di Sardis dalam kitab Wahyu?
Jawaban:
Wahyu 2 memulai serangkaian surat singkat kepada tujuh jemaat di Asia Kecil (Turki modern) yang ada pada masa Rasul Yohanes. Setiap surat ini berisi informasi spesifik untuk setiap jemaat, dan ada pelajaran yang dapat dipetik dari setiap surat untuk orang-orang percaya pada masa kini. Surat kelima adalah kepada jemaat di Sardis (Wahyu 3:1-6). Sardis adalah salah satu kota tertua dan yang paling baik pertahanannya di wilayah itu dan ibu kota kerajaan Lidia yang kaya raya.
Pesan kepada Sardis berasal dari Tuhan Yesus Kristus melalui seorang malaikat atau utusan (mungkin merujuk kepada pendeta): "Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Sardis . . ." (Wahyu 3:1). Ini bukanlah pesan Yohanes kepada jemaat di Sardis; ini adalah pesan dari Tuhan. Penjelasan di akhir ayat 1 semakin menguatkan pernyataan penulisnya: "Inilah firman Dia, yang memiliki ketujuh Roh Allah dan ketujuh bintang itu." Hanya Yesus yang memiliki ketujuh roh (atau "Roh yang tujuh," yang berarti Roh Allah yang lengkap atau sempurna), dan hanya Yesus yang memegang ketujuh bintang, yaitu ketujuh malaikat (atau gembala) dari ketujuh jemaat (Wahyu 1:20).
Yesus dengan cepat dan jelas mengutuk keadaan gereja Sardis yang tidak bernyawa: "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!" (Wahyu 3:2). Gereja ini mungkin memiliki reputasi yang baik, tetapi secara rohani mereka tidak bernyawa. Dengan kata lain, gereja itu dipenuhi dengan orang-orang yang belum diselamatkan yang melakukan ritual-ritual agama. Ada banyak lalang di antara gandum (Matius 13:24-30).
Yesus kemudian memanggil mereka untuk bertobat dari dosa mereka: "Bangunlah, dan kuatkanlah apa yang masih tinggal yang sudah hampir mati, sebab tidak satupun dari pekerjaanmu Aku dapati sempurna di hadapan Allah-Ku. Karena itu ingatlah, bagaimana engkau telah menerima dan mendengarnya; turutilah itu dan bertobatlah!" (Wahyu 3:2-3a). "Bangun" berarti mulai memperhatikan kebutuhan mereka akan keselamatan, berhenti lalai akan kondisi hati mereka di hadapan Tuhan.
Yesus mencatat penghakiman yang akan terjadi jika mereka tidak bertobat: "Karena jikalau engkau tidak berjaga-jaga, Aku akan datang seperti pencuri dan engkau tidak tahu pada waktu manakah Aku tiba-tiba datang kepadamu" (Wahyu 3:3b). Gereja yang mati, dan yang tidak bertobat dalam kematiannya, akan didisiplinkan oleh Yesus sendiri.
Setelah peringatan itu, Yesus menguatkan orang-orang di Sardis yang tetap setia: "Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu." (Wahyu 3:4). Sisa yang setia tidak mengotori pakaian mereka (ikut serta dalam dosa). Mereka "layak". Gagasan untuk hidup layak juga ditemukan dalam pengajaran Paulus dalam Efesus 4:1; Kolose 1:10; dan 1 Tesalonika 2:12. Menjadi "layak" berarti "sesuai" dengan sesuatu - pengakuan iman di mulut sesuai dengan realitas iman di dalam hati. Orang-orang yang setia dijanjikan untuk berjalan bersama Yesus dalam pakaian putih (lihat Matius 22:11-12; Wahyu 19:8).
Yesus memberikan janji terakhir kepada orang-orang percaya di Sardis: "Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya" (Wahyu 3:5). Orang yang "menang" adalah setiap orang yang telah dilahirkan kembali (1 Yohanes 5:4). Orang yang menang akan menerima pakaian putih (tanda kebenaran), namanya tidak akan pernah dihapus dari kitab kehidupan (janji keselamatan kekal), dan ia akan diakui oleh Yesus di surga (bdk. Lukas 12:8).