Pertanyaan: Apa artinya bahwa ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar (1 Timotius 6:6)?
Jawaban:
"Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar" (1 Timotius 6:6). Surat 1 Timotius adalah surat dari rasul Paulus kepada anak didiknya yang masih muda, Timotius, untuk menyemangati dia dalam peran barunya sebagai seorang pemimpin gereja. Pasal 6 dimulai dengan penjelasan tentang ibadah yang sejati. Paulus memperingatkan Timotius tentang orang-orang yang "mengira ibadah itu adalah suatu sumber keuntungan" (ayat 5). Ia menggambarkan guru-guru yang korup yang akan mengalihkan orang percaya dari iman yang benar kepada Kristus dengan memperdebatkan kata-kata, menciptakan kontroversi yang sepele, dan mengejar skema untuk menjadi kaya. Paulus menjelaskan arti ibadah dan menekankan bahwa ibadah adalah kebalikan dari apa yang digambarkan oleh para pembuat onar ini.
Ajaran sesat yang menyusup ke dalam gereja pada zaman Timotius masih lazim dalam kekristenan modern. Kita sering mendengar para pengkhotbah dan tokoh-tokoh Kristen yang menggunakan posisi pengaruh mereka untuk mengumpulkan kekayaan yang tidak terbayangkan sehingga mereka dapat menjalani gaya hidup mewah. Mereka kemudian mengajarkan bahwa kesuksesan mereka adalah norma dan tujuan yang layak untuk dikejar oleh setiap orang yang percaya kepada Kristus. Mereka mengambil janji-janji berkat Tuhan (Ulangan 28:2; Mazmur 21:6; 128:2) dan menciptakan sebuah agama dari janji-janji tersebut. Dalam beberapa kasus, Yesus digambarkan sebagai sarana untuk mencapai semua harapan dan impian kita. Namun, inilah pola pikir yang diperingatkan kepada kita dalam 1 Timotius 6:9-10: "Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan. . . . Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka."
Daripada menganggap mengumpulkan kekayaan sebagai keuntungan besar, Paulus menyatakan bahwa "ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar." Para pengikut Kristus harus memfokuskan usaha mereka untuk mengejar kekudusan dalam perilaku, sikap, dan pikiran. Mereka harus memilih untuk merasa puas dalam keadaan apa pun yang Tuhan berikan kepada mereka, seperti yang dilakukan Paulus ketika ia berada di penjara (Filipi 4:11-12). Kita diperintahkan untuk "jauhilah semuanya itu [keinginan untuk menjadi kaya], kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan" (1 Timotius 6:11). Berlawanan dengan apa yang diyakini oleh banyak pendukung paham kesehatan dan kekayaan yang populer, Alkitab memperingatkan kita untuk tidak mengejar kekayaan (Amsal 23:4; Matius 6:19). Mustahil untuk merasa puas ketika hati kita tertuju untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Kita tidak akan bertahan hidup saleh jika kita tidak puas dengan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita. Keinginan untuk menjadi saleh dengan cepat terkikis oleh roh yang serakah dan tamak.
Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa menjadi kaya adalah dosa. Ada banyak contoh dalam Alkitab tentang Tuhan yang memberkati hamba-hamba-Nya dengan kekayaan materi yang luar biasa (Kejadian 39:2; 1 Samuel 18:14; 2 Tawarikh 1:11-12). Tetapi 1 Timotius 6:17 memerintahkan orang-orang kaya dengan cara ini: "Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati." Perbedaannya ada di dalam hati. Baik keserakahan maupun kepuasan adalah keadaan hati. Ketika kita memilih untuk merasa puas dengan kekayaan Kristus (Kolose 1:27; Efesus 3:8) daripada mengejar kekayaan materi, hidup kita akan lebih sesuai dengan keinginan Tuhan bagi kita, karena "di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Matius 6:21).