Pertanyaan: Apa artinya bahwa Allah itu kaya dengan rahmat (Efesus 2:4)?
Jawaban:
Dalam Efesus 2:4, rasul Paulus menulis, "Tetapi Allah, yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang ditunjukkan-Nya kepada kita." Kata tetapi menandakan kontras yang tegas antara ayat 1-3 dan ayat 4-10. Oleh karena itu, untuk memahami makna dan signifikansi dari Allah yang "kaya dengan rahmat", kita perlu meninjau konteks langsungnya.
Efesus 2:1-3 melukiskan gambaran yang menyedihkan tentang kondisi manusia. Dalam ayat 1, Paulus menulis bahwa kita telah "mati" karena pelanggaran dan dosa-dosa kita. Ini tidak berarti bahwa kita telah mati secara fisik, karena dalam ayat berikutnya, ia menulis bahwa kita mengikuti "jalan dunia ini" dan "penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka" (ayat 2). Akibatnya, kita "hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain" (ayat 3).
Kontras antara kekurangan manusia dan kelimpahan ilahi tidak bisa lebih mencolok lagi. Tuhan bukan hanya penuh belas kasihan; Ia "kaya dengan rahmat" (Efesus 2:4). Kata Yunani untuk "kaya" berarti Tuhan berlimpah dengan rahmat. Seperti yang disaksikan oleh Yeremia, "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" (Ratapan 3:22-23). Dengan kata lain, rahmat Tuhan itu sangat besar. Kita tidak layak menerimanya, namun Dia terus memberikannya. Betapa besar Tuhan kita!
Bahkan ketika kita telah mati karena pelanggaran dan dosa-dosa kita, Tuhan masih berbelas kasihan kepada kita "oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita" (Efesus 2:4). Kasih Tuhan lebih dari sekadar perasaan sentimental; kasih itu adalah kasih yang menggerakkan-Nya untuk bertindak: "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16; bandingkan dengan Roma 5:8). Tuhan begitu mengasihi kita sehingga Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal bagi kita. Itulah kasih yang sejati dan tanpa syarat!
Yesus Kristus adalah pemimpin dan penyempurna keselamatan kita (Ibrani 12:2). Dia yang memulai pekerjaan itu, dan Dia akan menolongnya sampai rampung. Paulus menulis bahwa Tuhan "telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, . . . oleh kasih karunia kamu diselamatkan" (Efesus 2:5). Dahulu kita telah mati. Sekarang, kita hidup. Bukan karena usaha kita sendiri, tetapi karena rahmat-Nya:
Dia telah "membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri" (Efesus 2:6-9).
Rahmat bukan hanya tentang apa yang Tuhan lakukan; tetapi juga tentang siapa Dia: "Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan" (2 Korintus 1:3). Dia selalu penuh kasih, penuh rahmat, dan pengampunan. Namun, janganlah kita menganggap remeh rahmat-Nya. Sebaliknya, marilah kita berusaha untuk hidup dalam kebenaran, dengan terus menerus bersyukur kepada-Nya karena Ia kaya dengan rahmat: "Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya" (Efesus 2:10).