Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai pembatasan populasi?
Jawaban:
Alkitab tidak pernah menyinggung pembatasan populasi. Sebaliknya, manusia diperintahkan "Berkembangbiaklah dan bertambah banyaklah" (Kejadian 1:22,28). Mazmur 127:3-5 memberitahu bahwa anak merupakan anugerah dari Allah dan buah kandungan adalah imbalan dari-Nya.
Pada waktu penulisan artikel ini, ada sekitar 7.1 milyar penduduk di bumi ini. Ada sekitar 544,000 kilometer persegi tanah di pulau Kalimantan, di wilayah Indonesia, saja. Ini berarti, secara teori, setiap orang di dunia ini dapat tinggal di pulau Kalimantan, dan setiap orang dapat memiliki tempat tinggal dengan luas 76 meter persegi - bayangkan saja luas 304 meter persegi untuk keluarga empat orang! Ada yang mungkin mengatakan bahwa masalahnya bukan jumlah penduduk melainkan kekurangan sumber alam (makanan, air bersih, dsb.) dan kemampuan untuk mendistribusikannya.
Jika semua di dunia ini dapat tinggal di Kalimantan, bayangkan betapa luasnya ruang gerak mereka jika disebar di seluruh penjuru Indonesia. Dengan demikian akan ada luas yang cukup bagi setiap orang, dengan akses ke sumber air bersih, tanah pertanian, jalanan, dan infrastruktur lainnya.
Tentunya ada tempat di Indonesia yang tidak dapat ditinggali. Akan tetapi, di dunia terdapat banyak tempat yang tidak kekurangan tanah yang subur maupun air minum yang bersih. Realitanya ialah bahwa populasi tidak perlu "dibatasi."
Mereka yang menganjurkan pengendalian populasi pada umumnya mendukung metode pengendalian yang jahat, seperti aborsi, mati ringan, dan sterilisasi paksa. Skema seperti aborsi bertentangan dengan ajaran Alkitab akan kekeramatan kehidupan manusia. Pendukung pengendalian populasi pada umumnya mendukung kebijakan yang dibangun atas pengertian bahwa sudah ada terlalu banyak manusia di dunia ini, sedangkan masalah sebenarnya diabaikan.
Masalah yang sebenarnya bukan jumlah populasi atau ketersediaan sumber alam. Masalahnya adalah dosa. Manusia yang egois, berdosa, dan haus kekuasaan telah menyalahgunakan ciptaan Allah. Allah menghendaki supaya manusia menguasai ciptaan-Nya (Kejadian 1:26). Manusia seharusnya merupakan penjaga bumi, dan 1 Korintus 4:2 menambahkan bahwa "dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai." Sayangnya, pemerintah yang korup, bukannya bertindak sebagai penjaga sumber alam negara yang dapat dipercaya, malah menimbun bahan pangan, menyalahgunakan sumber alam, dan memboroskan uang daripada menjamin kesejahteraan rakyatnya. Perusahaan besar juga berusaha semakin mengendalikan bahan pangan dan meraup untung sebanyak mungkin daripada menguntungkan masyarakat.
Jawaban yang alkitabiah terhadap "kelebihan populasi" bukanlah menyaratkan pembatasan penduduk. Yang alkitabiah ialah mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, dengan memenuhi kebutuhan hidup manusia (Markus 12:31). Keserakahan, haus-kuasa, dan kebodohan berakhir pada penyalahgunaan sumber kekayaan, sehingga jutaan manusia menderita sebagai akibatnya.