Pertanyaan: Apakah perisai iman itu (Efesus 6:16)?
Jawaban:
Perisai iman adalah bagian dari perlengkapan senjata Allah yang dijelaskan dalam Efesus 6:10-17. Setelah merangkum Injil dan memberikan berbagai instruksi kepada jemaat di Efesus, Paulus menutup suratnya kepada mereka dengan mengatakan, "Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis" (Efesus 6:10-11). Mengenai perisai, Paulus menulis, "dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat" (ayat 16). Terjemahan lain menjelaskannya seperti ini: "Di samping semuanya itu, terimalah perisai iman, dan dengan perisai itu kamu dapat memadamkan semua serangan panah api dari si jahat."
Perisai Romawi pada masa itu disebut scutum. Perisai jenis ini berukuran sebesar pintu dan akan menutupi seluruh tubuh prajurit. Perisai semacam itu tidak hanya untuk bertahan, tetapi juga bisa digunakan untuk mendorong lawan. Ketika bertempur dalam kelompok, barisan prajurit dapat menempatkan perisai mereka sehingga membentuk sebuah lingkaran di sekeliling mereka, yang disebut testudo ("kura-kura"). Hal ini sangat membantu untuk melindungi diri dari anak panah yang diluncurkan dari tembok kota yang mereka serang. Perisai, yang sering kali terbuat dari kayu dan kemudian dilapisi kulit, ketika basah, dapat memadamkan panah yang menyala.
Jelas, perisai sangat penting bagi seorang prajurit. Perisai ini memberikan selimut perlindungan. Perisai ini dimaksudkan untuk digunakan dalam segala situasi. Perisai adalah penghalang pertama terhadap serangan musuh. Seringkali, perisai dilukis dengan tanda pengenal; seorang Kristen yang mengangkat perisai iman mengidentifikasi dirinya sebagai prajurit yang melayani Panglima tentara Tuhan (lihat Yosua 5:14).
Ibrani 11:1 mengatakan, "Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat." Ayat 6 menekankan pentingnya iman: "tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah." Serangan setan terkadang dapat membuat kita meragukan Tuhan. Iman mendorong kita untuk percaya kepada Tuhan. Kita menyerah pada pencobaan ketika kita percaya bahwa apa yang ditawarkannya lebih baik daripada apa yang telah dijanjikan Tuhan. Iman mengingatkan kita bahwa, meskipun penggenapan janji Tuhan mungkin tidak langsung terlihat oleh kita, Tuhan setia kepada Firman-Nya. Ketika setan mencoba untuk mengganggu kita dengan keraguan atau membujuk kita dengan kepuasan instan, iman mengenali tipu daya taktiknya dan dengan cepat memadamkan anak panahnya. Ketika iblis menuduh kita, iman memilih untuk percaya bahwa Yesus telah menebus kita dan tidak ada lagi penghukuman (Roma 8:1, 34; Wahyu 12:10-12).
Iman adalah salah satu karunia terbesar (1 Korintus 13:13), dan iman adalah sarana yang dengannya kita menerima kasih karunia dan masuk ke dalam hubungan yang benar dengan Tuhan (Efesus 2:8-9). Karena kita telah dibenarkan oleh iman, maka kita menjadi milik Tuhan dan hidup dalam damai sejahtera dengan-Nya (Roma 5:1). Iman adalah pintu menuju pengharapan kepada Tuhan (Roma 5:2). Karena kita beriman kepada Tuhan, penderitaan kita tidak perlu membuat kita gentar; bahkan kita dapat bertekun di dalamnya (Roma 5:3-5). Hal-hal yang iblis coba gunakan untuk mematahkan semangat kita sebenarnya dapat menjadi alat di tangan Tuhan.
Semua orang percaya memiliki janji ini: "semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita" (1 Yohanes 5:4). Iman adalah penghalang pelindung antara kita dan rencana-rencana iblis. Ketika kita percaya kepada Tuhan dan menerima firman-Nya, kita tetap berpijak pada kebenaran, kebohongan musuh kehilangan kekuatannya, dan kita menjadi pemenang. Dengan demikian, iman adalah perisai kita.